STUDY MASYARAKAT INDONESIA KEBUDAYAAN PADA SUKU BANJAR



STUDY MASYARAKAT INDONESIA
KEBUDAYAAN PADA SUKU BANJAR

OLEH

ADE NOVRIANDA
(3153131001)

Diketahui Oleh :
Dra. Rohani M.Pd










JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2016
KATA PENGANTAR
            Puji syukur kita ucapkan kepada tuhan yang maha esa berkat rahmat dan hidayahnya makalah ini dapat diselesaikan tepat waktu. Makalah ini membahas tentang etnografi suku banjar di Kalimantan Selatan.
Penulis mengcapkan banyak terimakasih kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah ini sangat baik dan dapat menambah wawasan bagi para pembaca. Dan penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada pembaca yang mau membaca dan mengambil manfaat dari makalah ini.
            Penulis Menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini, baik dari isi dan sumbernya. Oleh karena itu di mohonkan kritik dan saran para pembaca untuk memperbaiki makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat untuk kita semua.

                                                                                                                                                            Medan, 19 Maret 2016


                                                                                                                    Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................   i
DAFTAR ISI...............................................................................................................   ii
BAB I   PENDAHULUAN.........................................................................................   1
A.     Latar Belakang................................................................................................   1
B.      Rumusan Masalah............................................................................................   1
C.      Tujuan..............................................................................................................   2
BAB II   PEMBAHASAN..........................................................................................   3
A.    Kondisi Geografis............................................................................................   3
B.     Sejarah Suku Banjar.........................................................................................   3
C.     Sub-Sub Suku Banjar.......................................................................................   3
D.    Kepribadian Suku Banjar.................................................................................   4
E.     Makanan Khas Suku Banjar............................................................................   4
F.      Sistem Kepercayaan Suku Banjar....................................................................   4
G.    Sistem Kekerabatan Suku Banjar....................................................................   5    
H.    Sistem Mata Pencaharian Suku Banjar............................................................   7
I.       Sistem Peralatan Hidup Suku Banjar...............................................................   11
J.       Sistem Bahasa Suku Banjar.............................................................................   12
K.    Sistem Kesenian Suku Banjar..........................................................................   13
L.     Sistem Pengetahuan Suku Banjar....................................................................   16
M.   Budaya Suku Banjar........................................................................................   17
BAB III   PENUTUP...................................................................................................   24
A.     Kesimpulan......................................................................................................   24
B.      Saran................................................................................................................   24
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................   25



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Indonesia merupakan negara dengan keanekaragaman suku yang banyak yang merupakan lambang bahwa indonesia adalah negara yang terunik diantara negara lain di dunia. Dan kita juga tidak dapat memungkiri bahwa suku yang beraneka ragam di indonesia merupakan ciri khas indonesia yang tidak boleh hilang begitu saja oleh modernisasi.
Negara kepulauan Indonesia memiliki bermacam- macam suku, kebudayaan dan bangsa. Kebudayaan yang beraneka ragam tersebut tentu dapat terjadi karena perbedaan suku yang sangat terlihat pada setiap wilayah dan daerah di Indonesia.
Tentu saja ini menjadi sebuah tradisi yang turun- temurun sejak dahulu.  Kebudayaan ini tentu saja harus kita pelihara dan lestarikan keberadaannya, ini merupakan bekal untuk generasi yang akan datang agar mereka juga bisa mengetahui danmelihat keindahan, keunikkan dan keaslian dari kebudayaan tersebut. Khususnya kebudayaan yang berada di daerah Kalimantan Selatan yaitu suku Banjar. Dengan  Kayanya indonesia memiliki berbagai suku, kebudayaan, ras, dan lainnya, yang harus tetap di jaga kelestariannya dan perkembangannya.
B.     Rumusan Masalah
a.       Kondisi Geografis
b.      Sejarah Suku Banjar
c.       Sub-Sub Suku Banjar
d.      Kepribadian Suku Banjar
e.       Makanan Khas Suku Banjar
f.       Sistem Kepercayaan Suku Banjar
g.      Sistem Kekerabatan Suku Banjar
h.      Sistem Mata Pencaharian Suku Banjar
i.        Sistem Peralatan Hidup Suku Banjar
j.        Sistem Bahasa Suku Banjar
k.      Sistem Kesenian Suku Banjar
l.        Sistem Pengetahuan Suku Banjar
m.    Budaya Suku Banjar


C.    Maksud Dan Tujuan
Memperkenalkan lebih jelas tentang seluk beluk dari suku banjar yaitu tentang asal mula suku jawa, bahasa, kepercayaan, pekerjaan, budaya dan lain-lain. Agar kita dapat lebih menghargai adat isitiadat suku banjar dan tetap menajag kelestarian budaya serta mengembangkannya.


BAB II
PEMBAHASAN
A.    Kondisi Geografis
Kota Banjarmasin terletak pada 3°15' sampai 3°22' Lintang Selatan dan 114°32' Bujur Timur atau 114 19’’ 33’’ BT-116 33’ 28 BT dan 1 21’ 49’’ LS 1 10’’ 14’’ LS, dengan luas wilayah 37.377,53 km2 atau hanya 6,98 persen dari luas pulau Kalimantan.
Kalimantan Selatan secara geografi terletak di sebelah selatan pulau Kalimantan dengan luas wilayah 37.530,52 km2 atau 3.753.052 ha. Sampai dengan tahun 2004 membawahi kabupaten/kota sebanyak 11 kabupaten/kota dan pada tahun 2005 menjadi 13 kabupaten/kota sebagai akibat dari adanya pemekaran wilayah kabupaten Hulu Sungai Utara dengan Kabupaten Balangan dan Kabupaten Kotabaru dengan Kabupaten Tanah Bumbu.
Kota Banjarmasin beriklim tropis dimana angin muson barat bertiup dari Benua Asia melewati Samudera Hindia menimbulkan musim hujan, sedangkan angin dari Benua Australia adalah angin kering yang berakibat adanya musim kemarau.
B.     Sejarah Suku Banjar
Suku bangsa Banjar ialah penduduk asli yang mendiami sebagian besar wilayah Propinsi Kalimantan Selatan. Mereka itu diduga memiliki kesamaan dengan penduduk pulau Sumatera atau daerah sekitarnya, yang membangun tanah air baru di kawasan ini sekitar lebih dari seribu tahun yang lalu.
Suku Banjar berasal dari orang Melayu Sumatera, Kalimantan dan Jawa yang datang ke Kalimantan Selatan untuk berdagang. Adat, bahasa dan kepercayaan mereka adalah akibat pengaruh berabad-abad dari orang Dayak, Melayu dan Jawa. Ada juga orang Dayak yang menjadi orang Banjar karena memeluk agama Islam. Orang Banjar dapat dibagi dua dari segi dialek bahasa, yaitu Banjar Hulu dan Banjar Kuala. Suku Banjar terdapat di propinsi Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah, Sumatera dan Malaysia (Perak, Selangor dan Johor). Mereka juga terkenal dengan julukan masyarakat air (‘the weter people’) karena adanya pasar terapung, tempat perdagangan hasil bumi dan kebutuhan hidup sehari-hari di sungai-sungai kota Banjarmasin, ibukota Propinsi Kalimantan Selatan.
C.    Sub-Sub Suku Banjar
Suku Banjar yang semula terbentuk sebagai entitas politik terbagi 3 grup (kelompok besar) berdasarkan teritorialnya dan unsur pembentuk suku berdasarkan persfektif kultural dan genetis yang menggambarkan percampuran penduduk pendatang dengan penduduk asli Dayak, berikut pembagian sub suku banjar :
1. Grup Banjar Pahuluan adalah campuran orang Melayu-Hindu dan orang Dayak Meratus yang berbahasa Melayu (unsur Dayak Meratus/Bukit sebagai ciri kelompok)
2. Grup Banjar Batang Banyu adalah campuran orang Pahuluan, orang Melayu-Hindu/Buddha, orang Keling-Gujarat, orang Dayak Maanyan, orang Dayak Lawangan, orang Dayak Bukit dan orang Jawa-Hindu Majapahit (unsur Dayak Maanyan sebagai ciri kelompok)
3. Grup Banjar Kuala adalah campuran orang Kuin, orang Batang Banyu, orang Dayak Ngaju (Berangas, Bakumpai), orang Kampung Melayu, orang Kampung Bugis-Makassar, orang Kampung Jawa, orang Kampung Arab, dan sebagian orang Cina Parit yang masuk Islam (unsur Dayak Ngaju sebagai ciri kelompok). Proses amalgamasi masih berjalan hingga sekarang di dalam grup Banjar Kuala yang tinggal di kawasan Banjar Kuala - kawasan yang dalam perkembangannya menuju sebuah kota metropolitan yang menyatu (Banjar Bakula).
D.    Kepribadian Suku Banjar
Urang Banjar mengembangkan sistem budaya, sistem sosial dan material budaya yang berkaitan dengan religi, melalui berbagai proses adaptasi, akulturasi dan assimilasi. Sehingga nampak terjadinya pembauran dalam aspek-aspek budaya. Meskipun demikian pandangan atau pengaruh Islam lebih dominan dalam kehidupan budaya Banjar, hampir identik dengan Islam, terutama sekali dengan pandangan yang berkaitan dengan ke Tuhanan (Tauhid), meskipun dalam kehidupan sehari-hari masih ada unsur budaya asal, Hindu dan Budha.
E.     Makanan
Dalam pembuatan makanan diperlukan sistem teknologi yang digunakan untuk membuat makanan tersebut mempunyai nilai lebih. Bagaimana cara mengolah, memasak dan menyajikannya juga harus diperhatikan, palagi penggunaan bumbu-bumbunya. Salah satu hasil makanan orang Banjar yang terkenal adalah SOTO BANJAR yang telah tuurun temurun menggunakan resep warisan leluhur mereka.
F.     Sistem Kepercayaan Suku Banjar 
Suku Banjar merupakan penduduk asli sebagian wilayah propinsi Kalimantan Selatan.Mayoritas masyarakatnya menganut agama Islam.Pengkategorian atas berbagai sistem kepercayaan yang ada ini dalam masyarakat Banjar sebagian berdasarkan atas kesatuan-kesatuan sosial yang menganutnya. Istilah Islam Banjar setara dengan istilah-istilah berikut:
1.      Islam di Tanah Banjar
2.      Islam menurut pemahaman dan pengalaman masyarakat Banjar
3.      Islam yang berperan dalam masyarakat dan budaya Banjar atau istilah-istilah lain yang sejenis, tentunya dengan penekanan-penekanan tertentu yang bervariasi antara istilah yang satu dengan lainnya.
Kepercayaan yang berasal dari ajaran Islam bukanlah satu-satunya kepercayaan religius yang dianut masyarakat Banjar. Keseluruhan kepercayaan yang dianut orang Banjar menurut beberapa Sejarawan Banjar telah dibedakan menjadi tiga kategori.
1.      Kepercayaan yang bersumber dari ajaran Islam. Isi kepercayaan ini tergambar dari rukun iman yang ke enam.
2.      Kepercayaan yang berkaitan dengan struktur masyarakat Banjar pada zaman dahulu, yaitu pada masa sultan-sultan dan sebelumnya. Orang-orang Banjar pada waktu itu hidup dalam lingkungan keluarga luas, yang dinamakan bubuhan dan juga bertempat tinggal dalam lingkungan, bubuhan pula. Kepercayaan demikian ini selalu disertai dengan keharusan bubuhan melakukan upacara tahunan, yang biasa dinamakan sebagai aruh tahunan.
3.      Kepercayaan yang berhubungan dengan beragam tafsiran dari masyarakat atas alam lingkungan sekitarnya, yang mungkin adakalanya berkaitan pula dengan kategori kedua.kepercayaan.Untuk kategori pertama mungkin lebih baik dinamakan kepercayaan Islam, kategori kedua kepercayaan bubuhan dan kategori ketiga kepercayaan lingkungan.

G.    Sistem Kekerabatan Suku Banjar
Suku Banjar mendasarkan kekerabatan mereka menurut garis dari keturunan ayah dan garis keturunan ibu atau bilateral. Tetapi di akui bahwa dalam hal-hal tertentu terutama yang menyangkut masalah kematian, perkawinan yang menjadi wali asbah adalah garis dari pihak ayah. Dalam hal masalah keluarga besar dan pengertian keluarga besar, maka berlaku garis keturunan ayah dan garis keturunan ibu, keduanya diberlakukan sama.
Masyarakat suku Banjar mengenal istilah Bubuhan yaitu dalam masyarakat Banjar adalah kelompok kekerabatan yang merupakan kumpulan dari keluarga batih yang merupakan satu kesatuan. Bubuhan menurut pengertian Sosiologi adalah keluarga besar, yaitu yang terdiri dari dua keluarga batih atau lebih yang masih mempunyai hubungan keturunan satu sama lain, baik menurut garis keturunan ayah atau ibu.
Dari perkawinan terbentuklah suatu kelompok kekerabatan yang sering disebut keluarga inti atau keluarga batih. Satu keluarga batih terdiri dari satu suami dan satu istri (atau lebih). Selama satu tahun tersebut, keluarga batih baru ini diberi kesempatan untuk mengerjakan sawah atau ladang sendiri dan orang tua istri, mereka selalu membantu kehidupan keluarga baru ini. Dalam hal di bagi dalam tiga kategori :
1.      Matrilokal atau uksorilokal yaitu keluarga baru yang belum mempunyai kemampuan hidup berpisah dari rumah keluarga istrinya, kecenderungan menetap dalam keluarga istri.
2.      Patrilokal yaitu keluarga baru yang belum mempunyai kemampuan hidup berpisah dari rumah keluarga suaminya, kecenderungan menetap dalam keluarga suami.
3.      Neolokal yaitu keluarga baru yang telah mempunyai kemampuan untuk hidup sendiri dan berpisah dari orang tua (dari istri atau suami).
Sistem kekerabatan umumnya, masyarakat Banjar mengenal istilah-istilah tertentu sebagai panggilan dalam keluarga. Skema di atas berpusat dari ULUN sebagai penyebutnya yaitu :
1.      Panggilan untuk saudara dari ayah atau ibu di sebut Ulun
2.      Saudara tertua disebut Julak
3.      Saudara kedua disebut Gulu
4.      Saudara berikutnya disebut Tuha
5.      Saudara tengah dari ayah dan ibu disebut Angah
6.      Yang lainnya biasa disebut Pakacil (paman) dan Makacil (bibi)
7.      Yang termuda disebut Busu
8.      Untuk memanggil saudara dari kai dan nini sama saja, begitu pula untuk saudara datu.
Disamping istilah di atas masih ada pula sebutan lainnya, yaitu:
1.      Minantu (suami / isteri dari anak ULUN)
2.      Pawarangan (ayah / ibu dari minantu)
3.      Mintuha (ayah / ibu dari suami / isteri ULUN)
4.      Mintuha lambung (saudara mintuha dari ULUN)
5.      Sabungkut (orang yang satu Datu dengan ULUN)
6.      Mamarina (sebutan umum untuk saudara ayah/ibu dari ULUN)
7.      Kamanakan (anaknya kakak / adik dari ULUN)
8.      Sapupu sakali (anak mamarina dari ULUN)
9.      Maruai (isteri sama isteri bersaudara)
10.  Ipar (saudara dari isteri / suami dari ULUN)
11.  Panjulaknya (saudara tertua dari ULUN)
12.  Pambusunya (saudara terkecil dari ULUN)
13.  Badangsanak (saudara kandung)
Untuk memanggil orang yang seumur boleh dipanggil ikam, boleh juga menggunakan kata aku untuk menunjuk diri sendiri. Sedangkan untuk menghormati atau memanggil yang lebih tua digunakan kata pian atau andika, dan kata ulun untuk menunjuk diri sendiri.
H.    Sistem Mata Pencahariaan Suku Banjar
Orang Banjar dikenal dengan julukan masyarakat air (the water people) karena adanya pasar terapung, tempat perdagangan hasil bumi dan kebutuhan hidup sehari-hari di sungai-sungai kota Banjarmasin, ibukota Propinsi Kalimantan Selatan.
Sebagian besar mereka hidup bertani dan menangkap ikan. Sekarang banyak pula yang bergerak dalam bidang perdagangan, transportasi, pertambangan, pembangunan, pendidikan, perbankan, atau menjadi pegawai negeri. Selain itu, mereka mempunyai keahlian menganyam dan membuat kerajinan permata yang diwariskan secara turun temurun. Upacara-upacara adat masih dipertahankan. Kekayaan alam dan kesuburan tanah tempat orang Banjar ternyata tidak otomatis meningkatkan taraf hidup mereka. Hal ini disebabkan karena sarana dan prasarana transportasi (kondisi jalan dan angkutan) yang terbatas menyebabkan produk pertanian dan non pertanian mereka sulit untuk dipasarkan. Selain itu, kesulitan mendapat modal juga mengurangi ruang gerak mereka.
Melihat corak ekonominya, maka dapat dibagi menjadi beberapa sub bidang yaitu:
1.      Pertanian
Kehidupan masyarakat Banjar tidak lepas dengan kehidupan agrarisnya, mengingat kebanyakan penduduk Kalimantan Selatan menyandarkan pendapatannya dalam bidang ini, walaupun untuk usaha sampinganpun juga dilakukan apalagi bagi penduduk yang bertempat tinggal didataran rendah, dataran tinggi, rawa dan dekat sungai. Dalam hal istilah dalam bertani sendiri, masing-masing mempunyai kata tersendiri untuk menyebutkannya seperti:
a.       Khusus dataran tinggi, ada beberapa kriteria penyebutan seperti: Ladang Tegalan atau Bahuma Gunung. Biasanya dilakukan oleh masyarakat yang bermukim didaerah pegunungan seperti pengunungan meratus yang sistemnya masih menggunakan sistem tebang-bakar atau swidden (berpindah) yang menggunakan sistem siklus apabila lahan yang telah digunakan nantinya dapat kembali ditanami apabila telah menjadi belukar. Ini mungkin memerlukan waktu yang relative lama, tetapi karena telah menjadi kebiasaan maka nantinya tanah tersebut akan tetap diolah.
b.      Khusus dataran rendah, menyebutnya dengan istilah Sawah untuk membedakan antara pertanian dataran tinggi dan rendah dimana pada pertanian dataran rendah sendiri berada dialiran sungai-sungai besar yang ada di Kalimantan Selatan, dibedakan menjadi:
a)      Sawah Tahun, umur padinya sampai berumur 1 tahun, biasanya dilakukan oleh masyarakat yang tersebar didaerah khusunya seluruh Kalimantan Selatan.
b)      Bahuma Surung, menanam bibit padi dilakukan pada saat musim kemarau tiba, dengan panennya saat musim hujan. Bahuma surung ini dilakukan Urang Banjar hanya sebagai penyeling Sawah Tahun, hingganya lahan tidak terlantar dan tidak akan menjadi lahan tidur.
c)      Bahuma Rintak kebalikan dari bahuma surung maka pelaksanaannya dapat dilakukan pada saat musim penghujan, sedangkan panennya dilakukan pada saat kemarau.
d)     Bahuma Gadabung sama seperti pada sawah tahun, hanya saja dalam hal perbedaan penanaman bibitnya menyesuaikan dengan keadaan musim. Bahuma Gadabung sudah tidak dilakukan lagi mengingat musim yangb tidak menentu.
e)      Bahuma Penyambung, mengingat kemungkinan musim hujan yang lama maka dilakukanlah bahuma penyambung ini agar tidak terjadi kegagalan panen pada saat musim yang tidak menentu.
2.      Berkebun
Berkebun merupakan kegiatan masyarakat yang dilakukan di dataran rendah dan di dataran tinggi sesuai dengan geografis wilayahnya, usaha berkebun ini sebagai usaha jangka panjang yang dilakukan. Adapun berkebun yang dilakukan urang banjar diklasifikasikan menjadi:
a.       Kebun Rumbia ditanam di dataran rendah yang dialiri sungai –sungai besar seperti sungai Bahan, Negara, dan sungai tapin. Hasil dari perkebunan ini adalah sagu, daunnya untuk atap, dan pelepahnya untuk membuat lampit, hati atau paya digunakan untuk makan ternak yaitu untuk pangan itik.Begitu bermanfaatnya rumbia sebagai usaha bidang perkebunan maka usaha ini masih banyak dilakukan oleh masyarakat Kabupaten Tapin.
b.      Kebun Nyiur merupakan perkebunan kelapa yang berada didataran rendah yang biasanya ditanam diatas tanggul atau galangan dan parit-parit berupa jalur-jalur untuk membawa buah yang dipetik dengan cara menghayutkan buah kelapa tersebut di parit-parit.
c.       Kebun Pisang, pengusahaan pohon pisang juga dilakukan didataran rendah, yang ditanam digalangan sawah.
d.      Kebun Paring atau Bamboo banyak terdapat didaerah-daerah dataran tinggi yang kadang terlihat seperti hutan bamboo, karena jarak yang berdekatan. Bisanya digunakan sebagai bahan baku untuk membuat kerajianan alat penangkapan ikan, dan anyaman bambu.
e.       Kebun Hanau atau Enau ditanam didaerah pegunungan dengan hawa sejuk, proses pengambilan sarinya disebut menyadap seperti pada karet. Hanau atau enau ini merupakan salah satu bahan baku untuk membuat gula merah atau gula habang.
f.       Kebun Karet, hampir diseluruh pelosok Kalimantan-Selatan terdapat perkebunan karet, mengingat pengusahaan bidang ini dirasa sangat menguntungkan bagi orang yang mengusahakannya, khususnya adalah di daerah dataran tinggi seperti: Kabupaten Tanjung, Tabalong, HSU, HST, HSS dan Tapin yang mengusahakan lahannya untuk perkebunan karet.
g.      Kebun Lurus diusahakan didataran tinggi dimanfaatkan untuk usaha perkayuan, sebagai bahan baku meubel.
h.      Kebun Buah-buahan Bermusim seperti: rambutan, langsat atau duku, tiwadak atau cempedak, dan jenis buah-buahan yang ada pada bulan-bulan tertentu, jenis buah-buahan ini tersebar di seluruh pelosok Kalimantan Selatan.
3.      Perikanan
a.       Perikanan darat
b.      Perikanan disungai besar
c.       Kumpai Paiwakan
Jenis pengusahaan perikanan ini umumnya berada di tepian sungai-sungai besar dengan memanfaatkan media enceng gondok (ilung) dan batang-batang pohon yang disatukan, dengan media ini maka ikan-ikan yang hidup di sungai bersarang pada media tersebut.
1)      Raba, Sama halnya dengan kumpai paiwakan maka media yang digunakan adalah batang pohon dan enceng gondok. Namun, pemeliharaan ikan ini lebih dkhususkan sebagai tempat memancing dan menombak ikan yang hidup didalamnya.
2)      Danau, Daerah Kalimantan Selatan terdapat dua buah danau yaitu danau panggang di Kabupaten Hulu Sungai Utara dan danau bangkau di Kabupaten Hulu Sungai Selatan, ada berbagai macam ikan yang dihidup didanau tersebut, penangkapannyapun masih menggunakan alat-alat tradisional yang disesuaikan dengan pola musim.
3)      Sungai paiwakan, anak-anak sungai ditujukan kedaerah rawa untuk kemudian sebagai tempat perkembangan ikan dengan menggunakan penghalang yang terbuat dari bamboo, pada saat musim penghujan maka penghalang antara anak sungai dengan rawa ini dibuka dimaksudkan agar ikan-ikan ini kemudian tertampung di air rawa.
4)      Sumur paiwakan hampir sama dengan sungai paiwakan, tetapi biasanya jauh dari tepi sungai, hingganya terdapat kesulitan untuk mengambil hasil ikan dari sumur paiwakan ini.
5)      Perikanan laut khusus bagi masyarakat yang bertempat tinggal ditepi-tepi pantai sebagai mata pencaharian utamanya.
4.      Peternakan
a.       Peternakan kerbau atau hadangan (dilakukan di daerah dataran rendah dan dataran tinggi)
b.      Peternakan sapi
c.       Peternakan itik
d.      Peternakan ayam rumah
5.      Meramu
 Meramu yang ada di masa sekarang ini yaitu:
a.       Meramu galam
b.      Meramu kapur naga, papung, dan balangiran.
c.       Meramu halayung dan sirang
d.      Meramu rotan
6.      Kerajinan tangan
Ada beberapa jenis kerajinan yang berkembang di Kalimantan Selatan antara lain:
a.       Penggosokan intan dan batu-batu alam
b.      Kerajinan dengan media daun-daunan (misalnya daun rumbia)
c.       Kerajinan rotan
d.      Kerajinan jangkang
e.       Pertukangan rumah
b.      Tukang mas
c.       Kerajinan kuningan
d.      Pandai besi
e.       Kerajinan gerabah
f.       Kerajinan pembuatan kain tradisional
g.      Kerajinan pembuatan alat penangkap ikan
h.      Pembuatan anyaman purun
i.        Kerajinan sulam-menyulam dan membordir
j.        Pembuatan kue-kue tradisional
k.      Kerajinan anyaman bambu
7.      Kegiatan perdagangan
Kegiatan perdagangan ini berkembang pada masyarakat yang bertempat tinggal di bantaran sungai, bidangnya sendiripun ada berbagai macam perdagangan yang dijalankan oleh masyarakatnya sesuai dengan tingkat keperluan. Namun, ada ciri khas dalam kegiatan berdagang itu sendiri yakni dikenalnya system penyambangan atau pembalantikan (sebagai pedagang perantara antara produsen utama dengan konsumen tingkat lanjut yang biasanya menunggu ditempat-tempat tertentu untuk membeli secara langsung barang-barang yang akan dijual langsung dari produsen).
I.       Sistem Peralatan Hidup Suku Banjar
Peralatan yang digunakan antara lain:
1)      Peralatan untuk bertani: parang cangkuk (untuk menebas),parang Duyung (untuk merumput di sawah),parang Lantik (untuk menebaspepohonan yang kecil),Belayung (untuk menebang pohon yang besar), dan cangkul
2)      Peralatan untuk rumah tangga : Parang Bungkul (untuk memotong benda-benda yang cukup besar),pisau,lading,kapak,dll.
3)      Senjata digunakan masyarakat Banjar untuk melindungi dirinya dari musuh dan bisa juga berfungsi sebagai alat produktif seperti untuk mengangkap ikan, berburu di hutan, jerat perangkap, dll. Contohnya Mandau, Sumpit, serapang (tombak lima mata), tiruk (tombak panjang lurus untuk berburu ikan haruan atau ikan gabus dan tomat disungai), pengambangan ( tombak lurus bermata satu), duha ( pisau bermata dua untuk berburu babi)
4)      Pakaian dan Perhiasan dalam pembuatannya diperlukan sistem teknologi yang tepat seperti pembuatan kain sasirangan yang mengguanakan teknik cetak sehingga dihasilkan kain yang bermotif sama,dalam pembuatan kain tenun juga dilakukan teknik tenun halus.Perhiasan digunakan sebagai cedera mata, pelengkap dalam berbusana dan menambah keanggunan seseorang. Masyarakat Banjar telah mengenal perhiasan sejak dulu yaitu ada yang menggunakan lokan,kerang,batu hias,dan emas.
5)       Rumah, Orang Banjar mengenal sistem pembuatan rumah mereka yaitu dengan mengikat bahan material,merangkai kayu-kayu,dan menyusunnya menjadi bentuk sebuah rumah yang mereka inginkan.dengan bahan utama adalah kayu ulin karena banyak terdapat di sekitar mereka.Rumah yang dijadikan rumah adat adalah rumah bubungan tinggi/rumah panggung karena bentuk pada bagian atapnya yang begitu lancip dengan sudut 45º. Pada mulanya bangunan rumah adat Banjar ini memiliki konstruksi berbentuk segi empat yang memanjang ke depan.
6)      Alat-alat Transportasi utama mereka adalah jukung yang menjadi sarana trasportasi sungai. Dari ke-8 sistem teknologi tersebut menandakan bahwa masyarakat Banjar telah peka terhadap perkembangan teknologi yang sangat mereka perlukan untuk mempermudah pekerjaan mereka

J.      Sistem Bahasa Suku Banjar
Bahasa banjar adalah bahasa daerah kalimantan selatan yang dipergunakan oleh suku banjar. Bahasa Banjar merupakan anak cabang bahasa yang berkembang dari Bahasa Melayu.Asal bahasa ini berada di provinsi Kalimantan Selatan yang terbagi atas Banjar Kandangan, Amuntai, Alabiu, Kalua, Alai, dan lain-lain. Beberapa kata-kata dalam bahasa banjar untuk kata ganti orang berdasarkan tingkatannya:
a.       ( halus ) Ulun = Saya ; ( Sam) Piyan/ ( an), dika = Kamu
b.      ( netral / sepadan)Aku, diyaku = aku ; Ikam, kawu = kamu
c.       ( agak kasar )Unda, sorang =aku ; Nyawa = kamu.
Kalau diperhatikan pembicara-pembicara bahasa Banjar dapat diidentifikasi adanya variasi-variasi dalam pengucapan ataupun perbedaan-perbedaan kosa kata satu kelompok dengan kelompok suku Banjar lainnya, dan perbedaan itu dapat disebut dialek dari bahasa Banjar yang bisa dibedakan antara dua dialek besaryaitu:
a.       Bahasa Banjar Hulu Sungai/Bahasa Banjar Hulu
b.      Bahasa Banjar Kuala
Dialek Banjar Kuala umumnya dipakai oleh penduduk asli sekitar kota Banjarmasin, Martapura dan Pelaihari. Sedangkan dialek Banjar Hulu adalah bahasa Banjar yang dipakai penduduk daerah Hulu Sungai umumnya yaitu daerah Kabupaten Tapin, Hulu Sungai Selatan, Hulu Sungai Tengah, Hulu Sungai Utara (dan Balangan) , Tabalong, Amuntai, Alabiu, Kalua, Kandangan. Pemakai dialek Banjar Hulu ini jauh lebih luas dan masih menunjukkan beberapa variasi subdialek lagi
K.    Sistem Keseniaan Suku Banjar
1.    Seni Tari
Seni Tari Banjar terbagi menjadi dua, yaitu seni tari yang dikembangkan di lingkungan istana (kraton), dan seni tari yang dikembangkan oleh rakyat. Seni tari daerah Banjar yang terkenal misalnya:
a.         Tari Baksa Kembang, dalam penyambutan tamu agung.
b.         Tari Baksa Panah
c.         Tari Baksa Dadap
d.        Tari Baksa Lilin
e.         Tari Baksa Tameng
f.          Tari Radap Rahayu
g.         Tari Kuda Kepang
h.         Tari Japin/Jepen
i.           Tari Tirik Kuala
j.           Tari Gandut
k.         Tari Tirik
l.           Tari Babujugan
m.       Tari Jepen Lenggang Banua
n.         Tari Japin Hadrah
o.         Tari Kambang Kipas
p.         Tari Balatik
q.         Tari Parigal Amban
r.          Tari Tameng Cakrawati
s.          Tari Alahai Sayang
2. Seni Karawitan
a.       Gamelan banjar tipe keratin
b.      Gamelan banjar tipe rakyatan
3.  Lagu Daerah
a.          Ampar-Ampar Pisang
b.          Sapu Tangan Babuncu Ampat
c.          Paris Barantai
d.         Timang Banjar
e.          Banjarmasin
a.       Seni ayaman
Seni anyaman dengan bahan rotan, bambu dan purun sangat artistik. Anyaman rotan berupa tas dan kopiah.
b.       Seni lukisan kaca
Seni lukisan kaca berkembang pada tahun lima puluhan, hasilnya berupa lukisan buroq, Adam dan Hawa dengan buah kholdi, kaligrafi masjid dan sebagainya. Ragam hiasnya sangat banyak diterapkan pada perabot berupa tumpal, sawstika, geometris, flora dan fauna.
c.       Seni tatah/ukir
Motif ukiran juga diterapkan pada sasanggan yang terbuat dari kuningan. Motif jambangan bunga dan tali bapilin dalam seni tatah ukir Banjar seni ukir terdiri atas tatah surut (dangkal) dan tatah babuku (utuh). Seni ukir diterapkan pada kayu dan kuningan. Ukiran kayu diterapkan pada alat-alat rumah tangga, bagian-bagian rumah dan masjid, bagian-bagian perahu dan bagian-bagian cungkup makam. Ukiran kuningan diterapkan benda-benda kuningan seperti cerana, abun, pakucuran, lisnar, perapian, cerek, sasanggan, meriam kecil dan sebagainya. Motif ukiran misalnya Pohon Hayat, pilin ganda, swastika, tumpal, kawung, geometris, bintang, flora binatang, kaligrafi, motif Arabes dan Turki.
d.      Pencak silat kuntau banjar
Pencak Silat Kuntau Banjar adalah ilmu beladiri yang berkembang di Tanah Banjar dan daerah perantauan suku
Rumah adat Banjar ada beberapa jenis, tetapi yang paling menonjol adalah Rumah Bubungan Tinggi yang merupakan tempat kediaman pangeran/raja (keraton). Jenis rumah yang ditinggali oleh seseorang menunjukkan status dan kedudukannya dalam masyarakat. Jenis-jenis rumah Banjar:
1.            Rumah Bubungan Tinggi, kediaman raja
2.            Rumah Gajah Baliku, kediaman saudara dekat raja
3.            Rumah Gajah Manyusu, kediaman "pagustian" (bangsawan)
4.            Rumah Balai Laki, kediaman menteri dan punggawa
5.            Rumah Balai Bini, kediaman wanita keluarga raja dan inang pengasuh
6.            Rumah Palimbangan, kediaman alim ulama dan saudagar
7.            Rumah Palimasan (Rumah Gajah), penyimpanan barang-barang berharga (bendahara)
8.            Rumah Cacak Burung (Rumah Anjung Surung), kediaman rakyat biasa
9.            Rumah Tadah Alas
10.        Rumah Lanting, rumah di atas air
11.        Rumah Joglo Gudang
12.        Rumah Bangun Gudang
Jukung adalah transportasi khas Kalimantan. Ciri khasnya terletak pada teknik pembuatannya yang mempertahankan sistem pembakaran pada rongga batang kayubulat yang akan dibuat menjadi jukung. Jenis Jukung:
1.      Jukung Sudur (rangkaan)
2.      Jukung Sudur Biasa
3.      Jukung Sudur Bakapih
5.      Jukung Patai
6.      Jukung Biasa
7.      Jukung Hawaian
8.      Jukung Kuin
9.      Jukung Pelanjan
2.    Wayang gung/wayang Gong yaitu (wayang orang versi suku Banjar)
8.  Mamanda
Mamanda merupakan seni teater tradisonal suku Banjar
1.      Naga Badudung
3.      Kepala Naga Darat

L.     Sistem Pengetahuan Suku Banjar
1.    Pengetahuan tentang Alam sekitar/tempat tinggal.
Pengetahuan suku banjar tentang alam sekitar,yaitu pengetahuan mengenai musim-musim,dan gejala alam.Pengetahuan tentang musim ini digunakan masyarakatnya untuk menentukan kapan musim tanam bagi mereka yang bertani,sedangkan bagi yang bermata pencaharian melaut musim digunakn untuk mengetahui kapan musim yang baik untuk pergi melaut.
2.      Pengetahuan tentang Fauna dan Flora di daerahnya.
Pengetahuan tentang Flora ini berfungsi untuk mengetahui tumbuh-tumbuhan yang ada di sekitar mereka,tumbuh-tumbuhan apa saja yang dapat dijadikan sayur serta tumbuh-tumbuhan yang digunakan untuk pengobatan suatu penyakit dan tumbuh tumbuhan yang digunakan untuk upacara keagamaan.
Pengetahuan tentang Fauna merupakan pengetahuan mengenai binatang-binatang yang ada dan hidup di lingkungan alam mereka.Bagi masyarakat yang suka berburu atau bermata pencaharian berburu pengetahuan ini sangat penting karena untuk mengetahui binatang apa saja yang dapat diburu serta mengetahui daerah buruan.
3.      Pengetahuan tentang Pengobatan Tradisional.
 Pengetahuan tentang Pengobatan Tradisional,pengobatan tradisional ini ada yang didapat dari keturunan yang di wariskan secara turun-temurun ataupun dari belajar. Dalam pengobatan tradisional ini bahan yang digunakan untuk obat berasal dari tumbuh-tumbuhan yang ada di sekitar mereka.Tumbuh-tumbuhan yang berkhasiat obat ini hampir diketahui oleh semua suku Banjar karena selalu digunakan untuk penyakit yang mereka ketahui, penyebarannya pun lewat mulut ke mulut.
4.      Sistem pengetahuan tentang waktu, Nama bulan, hari dan penyebutan waktu dalam sehari semalam yang di gunakan masyarakat Banjar,adalah mengadopsi dari bahasa Arab.
5.    Sistem Ilmu Pengetahuan, Ciri khas sistem ilmu pengetahuan banjar, berkembangnya pendidikan tradisional, utamanya pendidikan agama islam yang dikenal sebagai ‘pengajian’. Pelajaran yang di berikan oleh tuan guru dalam pengajian adalah tauhid, fiqih danilmu tasawuf.

M.   Budaya Suku Banjar
1.      Madihin
Madihin berasal dari kata madah dalam bahasa arab artinya nasihahat. Madihin dapat diartikan sebagai sejenis puisi lama dalam sastra Indonesia, karena ia nenyanyikan syair-syair yang berasal dari kata akhir persamaan bunyi atau sebagai kalimat puji-pujian ( bahasa arab) karena bisa dilihat dari kalimat dalam madihin yang kadang kala berupa puji-pujian. Penyampaian syair-syair yang dibacakan oleh seniman madihin yang disebut Pamadihin.
Pamadihinan termasuk profesi yang lekat dengan dunia mistik, karena para pengemban profesinya harus melengkapi dirinya dengan tunjangan kekuatan supranatural yang disebut Pulung. Pulung ini konon diberikan oleh seorang tokoh gaib yang tidak kasat mata yang mereka sapa dengan sebutan hormat Datu Madihin. Datu Madihin yang menjadi sumber asal-usul Pulung diyakini sebagai seorang tokoh mistis yang bersemayam di Alam Banjuran Purwa Sari. Datu Madihin diyakini sebagai orang pertama yang secara geneologis menjadi cikal bakal keberadaan Madihin di kalangan etnis Banjar di Kalsel.
            Kesenian madihin pada umumnya dipergelarkan pada malam hari, lamanya sekitar 2 sampai 3 jam ditempatkan diarena terbuka. Seniman pamadihin ini terdiri dari 1 samapai 4 orang pria atau wanita.Seorang pamadihin harus memiliki keterampilan memukul terbang sesuai dengan penyajian syair-syair yang dibacakan, madihin ini temanya saling sindir menyindir antara pamadihinnya.
2.    Pasar Terapung
Pasar terapung ini sudah ada lebih dari 400 tahun lalu dan merupakan sebuah bukti aktivitas jual-beli manusia yang hidup di atas air. Seperti halnya pasar-pasar yang ada di daratan, di pasar terapung ini juga dilakukan transaksi jual beli barang seperti sayur-mayur, buah-buahan, segala jenis ikan, dan berbagai kebutuhan rumah tangga lainnya. Pembelian dari tangan pertama disebut dukuh, sedangkan tangan kedua yang membeli dari para dukuh untuk dijual kembali disebut panyambangan.
Salah satu keunikan dari Pasar Terapung adalah desak-desakan antara perahu besar dan perahu kecil yang mencari pembeli, serta penjual yang bersliweran kesana kemari dan kapalnya yang dimainkan gelombang Sungai Barito. Pasar terapung tidak memiliki organisasi seperti pasar di daratan, sehingga tidak tercatat berapa jumlah pedagang dan pengunjung atau pembagian pedagang bersarkan barang dagangan.
3.      Baayun Maulid
Baayun asal katanya “ayun” yang diartikan”melakukan proses ayunan”. Asal kata maulid berasal dari peristiwa maulid (kelahiran) Nabi Muhammad SAW. Sebelum mendapat pengaruh Islam, maayun anak sudah dilaksanakan ketika masyarakat masing menganut kepercayaan nenek moyang. Tradisi asalnya dilandasi oleh kepercayaan Kaharingan. Setelah Islam masuk dan berkembang serta berkat perjuangan dakwah para ulama, akhirnya upacara tersebut bisa “diislamisasikan”.
Baayun anak adalah salah satu tradisi simbol pertemuan antara tradisi dan pertemuan agama. Inilah dialektika agama dan budaya, budaya berjalan seiring dengan agama dan agama datang menuntun budaya.
4.      Palui
Palui merupakan salah satu tokoh cerita rakyat kalimantan tengah yang ketika itu secar administrative bergabung dengan bagian Kalimantan selatan namun dalam perkembangannya justru berkembang diwilayah Kalimantan selatan.
Penulisnya adalah seorang tokoh bernama Drs. H. Z Yustan Adzin kini almarhum yang mengangkat cerita khas, muncul setiap hari diharian Banjarmasin Post sejak awal terbitnya yaitu tahun 1971 dalam bahasa banjar dan berbagai logat bahasa banjar derah seperti Banjar Kuala,Banjarmasin, Martapura, Pelaihari dan Banjar Hulu.
Cerita si Palui mengandung nilai budaya Banjar yang cukup beragam, tokoh Palui mencerminkan bagaimana dinamika dan perkembangan kehidupan orang Banjar. Kehidupan keseharian orang Banjar sangat terikat dengan nilai-nilai Islam.
5.      Tradisi Lisan
Tradisi lisan oleh Suku Banjar sangat dipengaruhi oleh budaya Melayu, Arab, dan Cina. Tradisi lisan Banjar (yang kemudian hari menjadi sebuah kesenian) berkembang sekitar abad ke-18 yang di antaranya adalah Madihin dan Lamut. Lamut berasal dari negeri Cina dan mulanya menggunakan bahasa Tionghoa. Namun, setelah dibawa ke Tanah Banjar oleh pedagang-pedagang Cina, maka bahasanya disesuaikan menjadi bahasa Banjar.



6.      Perkawinan Menurut Adat Suku Banjar
a.      Basa Suluh
Bilamana seseorang telah sampai saat ingin kawin lazimnya oleh keluarganya yang terdekat diadakanlah apa yang yang dinamakan “Basasuluh”. Yakni ingin mendapatkan keterangan tentang calon istri yang diinginkan setelah mendapatkan persetujuan dari pihak keluarga yang bersangkutan. Beberapa hal yang ingin diketahui diantaranya:
a.       Tentang agamanya
b.      Tentang keturunannya
c.       Tentang kemampuan rumah tangganya
d.      Tentang kecantikan wajahnya
Dari empat hal tersebut di atas yang menjadi titik tumpu perhatian itu adalah pada dua hal yaitu agama dan keturunannya. Sebaliknya, bagi keluarga calon istri di samping hal di atas, akan diperhatikan pula apakah lapangan pekerjaan calon suaminya tersebut. Hal itu sangat penting karena akan turut menentukan nilai rumah tangga mereka kelak.
b.      Badatang
Pihak keluarga pria pada saatnya yang diberitahukan sebelumnya, datang dengan beberapa orang ke rumah calon istri yang disebut dengan istilah “badatang”. Kedatangan ini diterima antara kedua keluarga calon suami istri itu secara traditional biasanya lahirlah dialog yang mempunyai versi prosa liris bahasa daerah Banjar yang umumnya disebut Baturai Pantun, yakni berbalas pantun antara keluarga pihak calon.
Adat orang banjar tidak mengenal istilah Batunangan atau Bapacaran. Istilah ‘Balarangan’ tidak sama dengan istilah ‘Batunangan’, karena belarangan adalah suatu perencanaan ancer – ancer para pihak orang tua masing – masing, ketika kedua anak masih remaja. Menurut adat seorang gadis yang akan kawin, maka untuk selama 40 hari sebelumnya dia tidak diperkenankan keluar rumah. Selama itu dia harus membersihkan diri, berlangsir mempercantik dirinya, yang disebut dengan istilah ‘bekasai’, sekaligus dia diberi beberapa nasehat.
c.       Nikah
Yang dimaksud dengan nikah adalah upacara keagamaan untuk melangsungkan ijab kabul di hadapan seorang penghulu dan saksi – saksi. Acara ini sering kali juga disebut ‘Meantar Jujuran’.
d.      Batimung
Bagi pengantin pria maupun wanita terutama menjelang hari persandingan dua atau tiga hari sebelumnya, maka pada malam harinya harus melaksanakan mandi uap yang dikenal dengan istilah ‘Batimung’. Diharapkan dengan batimung ini akan menguras habis keringat tubuh, menyehatkan dan mengharumkan tubuh pengantin tersebut. Dengan demikian pada saat persandingan nanti kedua pengantin tidak akan berkeringat lagi.
e.       Mandi-Mandi
Pada waktu pagi hari menjelang acara persandingan siang, pengantin wanita melangsungkan acara mandi – mandi pengantin dengan air yang ditaburi macam – macam bunga. Pada daerah Kuala kadang – kadang disebut dengan istilah ‘Badudus’ atau ‘Bapapai’ dengan mayang Pinang. Jumlah bunga – bunga yang diperlukan lebih banyak dan lebih berkesan sebagai salah satu upacara.
Acara mandi – mandi dilakukan oleh tiga orang wanita tua yang telah berpengalaman, yang umumnya dipimpin oleh seorang bidan kampong atau wanita tua lainnya. Selesai mandi, pengantin wanita disuruh menjejak telur ayam sampai pecah dengan ujung tumit. Ketika itu juga pengantin wanita tersebut dicukur yaitu dengan istilah ‘Belarap’, membikin cecantung pada kiri kanan wajahnya. Biasanya kemudian diikuti acara selamatan kecil dengan nasi lamak (ketan) berinti gula merah dan pisang mauli.
f.       Batapur Tawar
Seiring dengan acara mandi – mandi tadi pada saat itu juga diadakan acara ‘batapung tawar’, dimaksudkan sebagai penebus atas berakhirnya masa perawan bagi seorang wanita. Untuk itu disediakan apa yang dinamakan ‘peduduk’, yaitu seperangkat keperluan pokok bahan makanan dalam wadah sasanggan (bokor kuning) yang terdiri dari sagantang beras, sebiji nyiur, gula merah, seekor ayam betina hitam, telur ayam tiga butir, lading, lilin, sebiji uang bahari (perak), jarum dengan benangnya, sesuap sirih, rokok daun, dan rerempah dapur. Isi piduduk
1.            Beras melambangkan rezeki
2.            Nyiur melambangkan lemak (kehidupan)
3.            Gula merah lambang manis (kehidupan)
4.            Ayam lambang cangkal becari
5.            Telur ayam lambang sum-sum
6.            Lading makna semangat yang keras
7.            Lilin lambang penerangan
8.            Uang lambang persediaan dalam hidup
9.            Jarum dan benang lambang ikatan suami isteri
10.        Sesuap sirih lambang kesatuan
11.        Rokok daun lambang kelaki-lakian
12.        Rerempah dapur lambang keterampilan kerja di dapur
Selanjutnya seluruh isi piduduk ini diberikan kepada bidan kampong yang memimpin acara mandi – mandi. Untuk yang hadir pada acara betapung tawar disuguhi air teh manis atau kopi dengan kue, bubur habang bubur putih, cucur, wadai gincil, wadai galang, dan lakatan ber-inti.
g.      Batamat Al-Qur’an
Baik pengantin pria maupun pengantin wanita pada waktu menjelang acara persandingan biasanya melangsungkan acara betamat Qur’an yakni membaca kitab suci Al-Qur’an sebanyak 22 surah yang dimulai dari surah ke 93 (Ad-Dhuha) sampai dengan surah ke 114 (An-Nas) ditambah dengan beberapa ayat pada surah Al-Baqarah, ditutup dengan do’a khatam Qur’an, pembaca do’a biasanya guru mengaji pengantin tersebut.
Suatu kebiasaan yang unik dan lucu, ialah apabila pengantin telah sampai pada bacaan surah ke 105 (Al-Fiil) biasanya ramailah anak-anak dan remaja di sekitar itu memperebutkan telur masak sekaligus memakannya. Sebab menurut cerita konon yang mendapatkan telur masak itu akan menjadi terang hatinya, cepat menjadi pandai membaca kitab suci Al-Qur’an.
h.      Walimah
Yang dimaksud dengan ‘walimah’ ialah suatu pesta perkawinan dalam rangkaian acara-acara perkawinan tersebut. Besar kecilnya walimah ini tergantung pada kemampuan keluarga ‘ahli bait’ masing. Menurut adat orang Banjar maka pohon (ahli bait atau tuan rumah) tidak aktif untuk bekerja dalam persiapan itu. Justru tetangga lah yang akan melaksanakan semua tugas-tugas, yang dibentuk semacam kepanitiaan yang disusun secara lisan saja. Biasanya membagi-bagi tugas sebagai berikut:
a.       Nang jadi kepala gawe (pimpinan kegiatan)
b.      Nang meurus tajak sarubung (mendirikan tenda)
c.       Nang meurus pengawahan (bagian masak nasi dan ikan)
d.      Nang meurus karasmin (mengurus kesenian)
e.       Nang besaruan lalakian (pengundang untuk pria)
f.       Nang besaruan bebinian (pengundang untuk wanita)
g.      Nang menerima saruan (penerima tamu)
Dalam susunan pembagian tugas ini jelas terlihat bahwa sifat kegotong-royongan merupakan adat yang sangat menonjol sekali bagi para tetangga, tanpa diminta akan memberikan tenaga dan jasa-jasanya untuk kepentingan pelaksanaan perkawinan tersebut.


i.        Petataian
Petataian (pelaminan) dibuat secara khusus yang merupakan ciri khas banjar yang biasanya diletakkan tepat di ‘tawing halat’ (dinding batas tengah rumah) atau yang lazim disebut balai kencana. Terdapat juga yang dibangun khusus yang disebut balai warti yang terdiri dari tempat duduk untuk dua orang pengantin pria dan wanita yang berlatar belakang air Gucci yang gemerlapan dan pada kiri kanannya agak kebelakang tersusun bantal yang bersarung merah atau kuning bersulam benang emas, yang disebut ‘tetumpangan’. Di belakang tetumpangan terdapat pucuk tetumpangan yang berbentuk segitiga sama kaki dengan ornamen yang serasi dengan tetumpangannya. Di situ tersedia pula sesajian di atas piring kuningan besar yang diletakkan di atas bokor sesanggan kuningan.
j.        Batataian
Merupakan puncak dari acara perkawinan menurut adat banjar ini adalah pada upacara betataian (bersanding) pada tempat petataian. Acara ini yang dianggap paling bahagia oleh kedua pengantin ataupun keluarga mereka.
a.              Pengantin Wanita
b.              Pengantin Pria
c.              Tahap-tahapan betataian
1.      Pengantin pria diantar
2.      Betawak nasi lamak
3.      Sujud dan makan bersama
4.      Usung jinggung dan diarak
k.      Kelambu Pengantin
Begitu pentingnya kelambu pengantin ini bahkan menjadi suatu ukuran bagi orang untuk melihat sampai dimana kemampuan kepala keluarga yang sedang berminantu itu. Kelambu ini selalu ditempatkan di kamar depan sebagai suatu bagian rumah yang utama, yakni ruangan tempat tidur sebelah kanan rumah banjar bahari, atau rumah bubungan tinggi (rumah beanjung). Karena pada waktu itu belum mengenal atau belum banyak mengenal ranjang. Kelambu itu digantung di ruang anjung dalam bentuk segi empat yang umumnya mempergunakan warna putih atau kuning muda. Di atas kelambu di pasang langit-langit dari kain yang agak tipis dengan sulaman kembang pancar matahari.
7.            Kepercayan Kehamilan
Pada masyarakat suku banjar maupun suku dayak , seorang istri yang hamil dai kehamilan  1 bulan hingga 7 bulan diadakan acara mandi- mandi atau yang disebut ” mandi tian mandaring”. Dan setelah lahir dilakukan palas bidan dan kemudian dilanjutkan dengan acara sunatan. Masyarakat suku banjar juga mempercayai pantangan – pantangan yang harus dihindari oleh istri yang hamil dan suaminya, yaitu :
a.       tidak boleh duduk didepan pintu, dikhawatirkan akan susah dalam melahirkan
b.      tidak boleh keluar pada waktu maghrib,karena akan diganggu oleh roh jahat
c.       tidak boleh makan pisang dompet, dikhawatirkan anak akan kembar siam
d.      jangan membelah kayu api yang sudah terbakar, karena anak yang dilahirkan bisa sumbing
e.       dilarang pergi kehutan,karewna wanita hamil baunya harum,dan dapat diganggu roh jahat
f.       dilarang menganyam bakul, karena jari- jari anak yang dilahirkan dapat dempet menjadi satu.




BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Suku bangsa Banjar ialah penduduk asli yang mendiami sebagian besar wilayah Propinsi Kalimantan Selatan.Suku Banjar berasal dari orang Melayu Sumatera, Kalimantan dan Jawa yang datang ke Kalimantan Selatan untuk berdagang.
Suku Banjar merupakan penduduk asli sebagian wilayah propinsi Kalimantan Selatan. Mayoritas masyarakatnya menganut agama Islam. Pengakuan bahwa religi sebagai suatu sistem, telah dikondisikan pada makna religi yang terdiri dari bagian-bagian yang behubungan satu sama lain dimana masing-masing bagiannya merupakan satu sistem yang tersendiri.
Suku banjar memiliki banyak kebudayaan dan kesenian yang beragam. Dengan hal ini maka patutlah kebudaaan dan kesenian suku banjar di lestarikan dan di kembangkan agar tidak pudar.
B.     Saran
Pembuatan makalah ini diharapkan agar dapat membantu teman-teman untuk mengenal suku dayak secara lebih dalam.Dan di harapkan dengan makalah ini dapat membantu teman-teman sebagai referensi atau pun untuk menambah pengetahuan teman-teman.



DAFTAR PUSTAKA
Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi .PT. Rineka Cita . JakartaL: 2002
Alfani Daud, Islam & masyarakat Banjar: diskripsi dan analisis kebudayaan Banjar, Raja Grafindo Persada, 1997, ISBN 979-421-599-6, 9789794215999
Alfani Daud, Islam dan Masyarakat Banjar; Deskripsi dan Analisa Kebudayaan Banjar, (Jakarta: Rajawali Press, 1997).


Komentar