MAKALAH
BENTUKLAHAN
ASAL PROSES DENUDASIONAL
Disusun Oleh :
Rizqan Khalish Hamdy
3153131029
Ade
Novrianda
3153131001
PENDIDIKAN
GEOGRAFI
FAKULTAS
ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS
NEGERI MEDAN
2016
KATA
PENGANTAR
Puji
dan syukur patut kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
karunia-Nya lah makalah Bentuklahan Asal Proses Denudasional ini dapat
terselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini membahas tentang Bentuklahan, Ciri – ciri, Proses, dan Satuan Bentuklahan
Denudasional.
Dalam
proses menulis makalah ini, penulis banyak mengalami hambatan dalam menyusun
makalah ini. Tetapi, atas bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, hambatan
tersebut akhirnya dapat diatasi. Dalam penyusunan makalah ini, penulis
mengambil referensi dari buku dan internet.
Penulis
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, baik dari segi
penyusunan maupun materi yang tertera. Kritik dan saran dari pembaca sangat
penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Medan,
28 Maret 2016
Penulis
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR ......................................................................................
DAFTAR
ISI
....................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN .................................................................................
A.
Latar
Belakang ......................................................................................
B.
Rumusan
Masalah .................................................................................
C.
Tujuan
Pembahasan
..............................................................................
BAB II
PEMBAHASAN
..................................................................................
A.
Dasar Teori ..........................................................................................
B.
Ciri – ciri
Bentuklahan Asal Denudasional
..........................................
C.
Proses
Terbentuknya Bentuklahan Asal Denudasional
........................
D.
Satuan
Bentuklahan Denudasional
.......................................................
BAB
III Kesimpulan
.........................................................................................
A.
Kesimpulan
...........................................................................................
B.
Saran
.....................................................................................................
DAFTAR
PUSTAKA
.......................................................................................
|
i
ii
1
1
1
1
2
2
3
3
5
7
7
7
8
|
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Pendahuluan
Verstappen
(1983) telah mengklasifikasikan bentuklahan berdasarkan genesisnya menjadi 10
(sepuluh) macam bentuklahan asal proses, yaitu bentuklahan asal proses
volkanik, bentuklahan proses structural, bentuklahan asal fluvial, bentuklahan
asal proses solusional , bentuklahan asal proses denudasional, bentuklahan asal
proses eolin, bentuklahan asal proses marine , bentuklahan asal glasial ,
bentuklahan asal organik , bentuklahan asal antropogenik.
Proses
denudasional dimaksudkan adalah besarnya material permukaan bumi yang
telepas dan terangkut oleh berbagai tenaga geomorfologi persatuan luas dalam
waktu tertentu. Proses-proses tersebut dapat berupa erosi dan gerakan massa
batuan. Berdasarkan daerah yang ditinggalkan oleh material tersebut
maupun daerah deposisi material akibat gravitasi dikenal sebagai fenomena
permukaan bumi yang terdenudasi serta bentukanlahannya dikelomlompokan dalam
bentukan asal denudasional.
B. Rumusan
Masalah
1) Teori
Bentuklahan Asal Proses Denudasional
2) Bagaimana
Ciri – ciri Bentuklahan Asal Proses Denudasional
3) Proses
Terbentuknya Bentuklahan Asal Proses Denudasional
4) Satuan
Bentuklahan Asal Proses Denudasional
C. Tujuan
Pembahasan
1) Menjelaskan
Teori Bentuklahan Asal Proses Denudasional
2) Menjelaskan
Bentuklahan Asal Proses Denudasional
3) Menjelaskan
Bentuklahan Asal Proses Denudasional
4) Menjelaskan
Bentuklahan Asal Proses Denudasional
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Dasar
Teori
Denudasi
berasal dari kata dasar nude yang berarti telanjang, sehingga denudasi
berarti proses penelanjangan permukaan bumi. Bentuk lahan asal denudasional
dapat didefinisikan sebagai suatu bentuk lahan yang terjadi akibat
proses-proses pelapukan, erosi, gerak masa batuan (mass wating) dan proses
pengendapan yang terjadi karena agradasi atau degradasi (Herlambang, Sudarno.
2004:42).
Denudasi
meliputi dua proses utama yaitu pelapukan dan perpindahan material dari bagian
lereng atas ke lereng bawah oleh proses erosi dan gerak massa batuan (mass wasting).
Pelapukan adalah proses berubahnya sifat fisik dan kimia batuan di permukaan
dan atau dekat permukaan bumi tanpa di sertai perpindahan material. Pelapukan
dapat dibagi manjadi pelapukan fisik, dan pelapukan biotic. Pelapukan fisik
merupakan proses pecahnya batuan menjadi ukuran yang lebih kecil tanpa diikuti
oleh perubahan komposisi kimia batuan. Perubahan kimia merupakan proses
berubahnya komposisi kimia batuan sehingga menghasilkan mineral sekunder.
Faktor
pengontrol pelapukan adalah batuan induk, aktivitas organism, topografi, dan
iklim. Didalam evolusi bentanglahan yang menghasilkan bentuklahan denudasional
M. W. Davis mengemukakan adanya faktor yang mempengaruhi perkembangan
bentuklahan struktur geologi, proses geomorfologi dan waktu. Dengan adanya faktor
tersebut maka dalam evolusinya, bentuklahan melewati beberapa stadium ; stadium
muda, stadium dewasa, stadium tua.
Proses denudasional sangat dipengaruhi oleh tipe material
(mudah lapuk), kemiringan lereng, curah hujan dan suhu udara serta sinar
matahari, dan aliran-aliran yang relatif tidak kontinyu. Umumnya bentuk lahan ini terdapat
pada daerah dengan topografi perbukitan atau gunung dengan batuan yang lunak
(akibat proses pelapukan) dan beriklim basah, sehingga bentuk strukturnya tidak
nampak lagi karena adanya gerakan massa batuan.
B. Ciri-Ciri
Bentuk Lahan Asal Denudasional
Bentuklahan yang
terbentuk akibat proses denudasional memiliki ciri-ciri tersendiri, yaitu :
1. Relief
sangat jelas seperti adanya lembah, lereng, pola aliran sungai, dll.
2.
Tidak ada gejala structural, batuan
massif, dip/strike tertutup.
3.
Dapat dibedakan dengan jelas terhadap
bentuk lahan lain.
4.
Relief local pola aliran dan kerapatan
aliran menjadi dasar utama untuk merinci satuan bentuk lahan.
5.
Litologi menjadi dasar pembeda kedua
untuk merinci satuan bentuk lahan. Litologi terasosiasi dengan bukit, kerapatan
aliran dan tipe proses.
C. Proses
Terbentuknya Bentuk Lahan Asal Denudasional
5)
Pelapukan
Pelapukan
diartikan sebagai proses hancurnya massa batuan oleh tenaga eksogen. Menurut
Oliver (1983) pelapukan adalah proses penyesuaian kimia, mineral dan sifat
fisik batuan terhadap kondisi lingkungan di sekitarnya. Faktor-faktor yang
mempengaruhi pelapukan diantaranya :
a.
Jenis batuan (kandungan mineral,
retakan, bidang perlapisan, patahan dan retakan). Contoh : Limestone yang
resisten pada iklim kering tetapi tidak resisten pada iklim basah.
b.
Iklim, temperature dan curah hujan
sangat mempengaruhi pelapukan.
c.
Vegetasi. Secara mekanis akar-akar
tumbuhan menembus batuan, bertambah panjang dan membesar membuat batuan pecah.
Secara kimiawi, melalui akarnya tumbuhan mengeluarkan zat kimiawi yang
mempercepat pelapukan.
d.
Topografi. Topografi yang kemiringannya
besar dan menghadap arah datangnya sinar matahari atau arah hujan, maka akan mempercepat
proses pelapukan.
6)
Gerakan Massa Batuan (Mass Wasting)
Mass
Wasting adalah perpindahan massa batuan yang ada di lereng oleh pengaruh
gravitasii atau kejenuhan massa air. Pada batuan yang mengandung air, gerakan
massa batuan lebih lancar daripada batuan yang kering. Yang membedakan mass
wasting dan erosi yaitu, pada mass wasting air hanya berjumlah sedikit dan
fungsinya bukan sebagai pengangkut, melainkan hanya sekedar membantu
memperlancar gerakan saja sedangkan dalam erosi diperlukan adanya tenaga
pengangkut dan air merupakan salah satu agen pengangkut dalam erosi.
Faktor-faktor
yang mengontrol mass wasting yaitu sebagai berikut.
a. Kemiringan
lereng, makin besar sudut kemiringan lereng semakin besar pula peluang
terjadinya mass wasting.
b. Relief
local, terutama yang memiliki kemiringan lereng cukup besar, misalnya kubah,
mempunyai peluang yang besar untuk terjadinya mass wasting.
c. Ketebalan
hancuran batuan (debris) diatas batuan dasar.
d. Orientasi
bidang lemah dalam batuan .
e. Iklim.
f. Vegetasi.
g. Gempa
Bumi.
h. Tambahan
material pada bagian atas lereng.
7)
Erosi
Erosi
merupakan proses geomorfologi berupa pelepasan dan terangkutnya material bumi
oleh tenaga geomorfologis baik kekuatan air, angin, gletser atau gravitasi.
Factor yang mempengaruhi erosi tanah antara lain sifat hujan, kemiringan
lereng, dari jaringan aliran air, tanaman penutup tanah dan kemampuan tanah
untuk menahan dispersi dan unutk mengjisap kemudian merembeskan air ke lapisan
yang lebih dalam.
Faktor-faktor
lain yang mempengaruhi erosi tanah yaitu :
a. Iklim.
Factor iklim yang berpengaruh adalah curah hujan, angin, temperature, angin,
kelembapan dan penyinaran matahari.
b. Topografi,
berupa kemiringan lereng, konfigurasi, keseragaman, dan arah lereng
mempengaruhi erosi.
c. Vegetasi,
berperan untuk mengurangi kecepatan erosi yang berkaitan dengan jenis tumbuhan
dan aliran permukaan.
d. Tanah,
kecepatan tanah terhadap erosi tergantung pada sifat-sifat tanah yang
mempengaruhi laju infitrasi, permeabilitas, kapasiatas menahan air dan struktur
tanah.
8)
Sedimentasi atau Pengendapan
Sedimentasi
adalah proses penimbunan tempat-tempat yang lekuk dengan bahan –bahan hasil
erosi yang terbawa oleh aliran air, angin, maupun gletser (Suhadi Purwantara,
2005:74). Sedimentasi tidak hanya terjadi dari pengendapan material hasil erosi
saja, tetapi juga dari proses mass wasting.
D. Satuan
Bentuklahan Denudasional
1)
Pegunungan
Denudasional
Karakteristik umum unit mempunyai
topografi bergunung dengan lereng sangat curam (55>140%),
perbedaan tinggi antara tempat terendah dan tertinggi (relief) > 500
m.Mempunyai lembah yang dalam, berdinding terjal berbentuk V karena proses yng
dominan adalah proses pendalaman lembah (valley deepening).
2)
Perbukitan Denudasional
Mempunyai
topografi berbukit dan bergelombang dengan lereng berkisar antara 15 > 55%,
perbedaan tinggi (relief lokal) antara 50 -> 500 m.Terkikis sedang hingga
kecil tergantung pada kondisi litologi, iklim, vegetasi penutup daik alami
maupun tata guna lahan. Salah
satu contoh adalah pulau Berhala, hamper 72,54 persen pulau tersebut merupakan
perbukitan dengan luas 38,19 ha. Perbukitan yang berada di pulau tersebut
adalah perbukitan denudasional terkikis sedang yang disebabkan oleh gelombang
air laut serta erosi sehingga terbentuk lereng-lereng yang sangat curam.
3) Dataran
Nyaris (Peneplain)
Akibat proses denudasional yang
bekerja pada pegunungan secara terus menerus, maka permukaan lahan pada daerah
tersebut menurun ketinggiannya dan membentuk permukaan yang hamper datar yang
disebut dataran nyaris (peneplain). Dataran nyaris dikontrol oleh batuan
penyusunan yang mempunyai struktur berlapis (layer). Apabila batuan
penyusun tersebut masih dan mempunyai permukaan yang datar akibat erosi, maka
disebut permukaan planasi.
4) Perbukitan
Sisa Terpisah (inselberg)
Apabila bagian depan (dinding)
pegunungan/perbukitan mundur akibat proses denudasi dan lereng kaki bertambah
lebar secara terus menerus akan meninggalkan bentuk sisa dengan lereng dinding
yang curam. Bukit sisah terpisah atau inselberg tersebut berbatu tanpa penutup
lahan (barerock) dan banyak singkapan batuan (outcrop). Kenampakan ini
dapat terjadi pada pegunungan/perbukitan terpisah maupun pada sekelompok
pegunungan/perbukitan, dan mempunyai bentuk membulat. Apabila bentuknya
relative memanjang dengan dinding curam tersebut monadnock.
5) Kerucut
Talus (Talus cones) atau kipas koluvial (coluvial van)
Mempunyai topografi berbentuk
kerucut/kipas dengan lereng curam (350). Secara individu fragmen
batuan bervariasi dari ukuran pasir hingga blok, tergantung pada besarnya cliff
dan batuan yang hancur. Fragmen berukuran kecil terendapkan pada bagian atas
kerucut (apex) sedangkan fragmen yang kasar meluncur ke bawah dan
terendapkan di bagian bawah kerucut talus.
6) Lereng
Kaki (Foot slope)
Mempunyai daerah memanjang dan
relatif sermpit terletak di suatu pegunungan/perbukitan dengan topografi landai
hingga sedikit terkikis. Lereng kaki terjadi pada kaki pegunungan dan lembah
atau dasar cekungan (basin). Permukaan lereng kaki langsung berada pada batuan
induk (bed rok). Dipermukaan lereng kaki terdapat fragmen batuan
hasil pelapukan daerah di atasnya yang diangkut oleh tenaga air ke daerah yang
lebih rendah.
7) Lahan
Rusak (Bad land)
Merupakan daerah yang mempunyai
topografi dengan lereng curam hingga sangat curam dan terkikis sangat kuat
sehingga mempunyai bentuk lembah-lembah yang dalam dan berdinding curam serta
berigir tajam (knife-like) dan membulat. Proses erosi parit (gully
erosion) sangat aktif sehingga banyak singkapan batuan muncul ke permukaan
(rock outcrops).
BAB
III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
·
Bentuk lahan asal denudasional terbentuk
akibat akibat proses-proses geologi seperti pelapukan, pergerakan massa (mass
wasting) dan sedimentasi.
·
Faktor dominan yang mendorong
terbentuknya bentuklahan asal denudasional adalah iklim, jenis batuan induk,
topografi, aktivitas organism dan vegetasi.
·
Perbedaan antara mass wasting dan erosi
adalah pada mass wasting air berfungsi membantu menperlancar gerakan saja,
sedangkan pada erosi air berfungsi sebagai salah satu agen pengangkut material
sedimen.
B. Saran
DAFTAR
PUSTAKA
Terimah kasih banyak yaa... sangat berfaedah. :)
BalasHapus