DASAR-DASAR ILMU SEJARAH
OBJEK-OBJEK YANG BERUSIA 50
TAHUN
DI SUMATERA UTARA
OLEH
KELOMPOK
8
ADE NOVRIANDA
NUR
HAFNI
JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2016
Masjid Tertua DI Sumatera Urata
Masjid
As-Syakirin memiliki letak di antara permukiman penduduk. Secara adminstratif
terletak di Jalan Raya Deli Tua, Kampung Deli Tua, Kecamatan Deli Tua,
Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Belum banyak informasi yang didapat
mengenai sejarah masjid ini. Akan tetapi, berdasarkan penuturan masyarakat
setempat masjid ini dibangun sekitar tahun
1819 dan merupakan bagian dari peninggalan Sultan Deli. Perawatan dan
pengelolaan masjid dilakukan oleh keturunan Sultan Deli dan masyarakat sekitar
masjid.
Masjid Raya Al Osmani terletak di Jl. Yos Sudarso Km 17,5, Kelurahan
Pekan Labuhan, Kecamatan Medan Labuhan, Kota Medan. Keberadaan Mesjid Raya Al
Osmani tidak dapat dipisahkan dari eksistensi Kesultanan Deli yang masih
bertahan sampai sekarang. Masjid Al Osmani juga disebut Masjid Raya Labuhan ini
dibangun pada tahun 1854.
Pembangunan masjid ini digagas oleh Sultan Deli VII Osman Perkasa Alam, seorang
Sultan yang sangat dihormati oleh rakyatnya pada masanya.
3. Masjid Raya Rantau Panjang
Masjid Raya Sultan Basyaruddin atau dikenal dengan sebutan Masjid Raya
Rantau Panjang terletak di Desa Rantau Panjang Kecamatan Pantai Labu. Bangun
masjid layak menjadi situs sejarah, dibangun pada tahun 1854 M oleh Sultan Serdang ke IV, Sultan Basyaruddin Syaiful
Alamsyah yang merupakan kewaziran Sultan Aceh.
4.
Masjid
Raya Nur Addin
Masjid Raya Tebing Tinggi yang kini sudah berganti nama menjadi Masjid Nur
Addin adalah masjid tertua di Kota Tebingtinggi. Masjid ini terletak di jantung
kota, tepatnya di Jalan Suprapto Kota Tebing tinggi. Masjid Raya Nur Addin ini sehari-hari
dipakai untuk beribadah umat muslim di Kota Tebing tinggi dan kegiatan syiar-syiar agama Islam.
Masjid Raya ini berdiri sekitar 1861 yang didirikan Raja Negeri Padang (Tebingtinggi) Tengku Haji Muhammad Nurdin dan juga sekaligus beliaulah sang pendiri Kota Tebingtinggi. Beliau meninggal pada 1914 dan lahir di tanah Tebing tinggi yang dulunya kerajaan Padang sekitar tahun 1836.
Masjid Raya ini berdiri sekitar 1861 yang didirikan Raja Negeri Padang (Tebingtinggi) Tengku Haji Muhammad Nurdin dan juga sekaligus beliaulah sang pendiri Kota Tebingtinggi. Beliau meninggal pada 1914 dan lahir di tanah Tebing tinggi yang dulunya kerajaan Padang sekitar tahun 1836.
Masjid
Jami' Ismailiyah terletak di Desa Beringin, Kecamatan Bedagai, Kabupaten Deli
Serdang, Sumatera Utara. Sebelah utara masjid berbatasan dengan Sungai Bedagai
dan rumah penduduk, sebelah timur dengan jalan besar, sebelah selatan dengan
kebun rakyat serta bekas kerajaan Negeri Bedagai, dan sebelah barat dengan
kebun rakyat. Menurut ahli waris Sultan Bedagai, masjid dibangun pada tahun 1882. Pemugaran dilakukan pada
tahun 1937, yakni penggantian atap yang semula dari genteng menjadi seng,
meninggikan posisinya melebihi bangunan istana yang masih berdiri pada waktu
itu, dan kubahnya diganti dengan yang lebih besar. Kemudian pada tahun 1982
dilakukan pemugaran kedua dengan mengganti lantai bagian dalam masjid dari
tegel menjadi keramik dan dilakukan pembangunan menara. Bentuk asli masjid
masih terlihat pada pagar tembok yang bergelombang di bagian atasnya dan
memiliki dua tiang sebagai penyangga atap. Bangunan masjid ini terdiri dari
serambi, ruang utama, menara, tempat wudhu, dan makam.
Bangunan Masjid Raya Sultan Ahmadsyah merupakan salah satu masjid tertua
di Kota Tanjung Balai, Sumatera Utara. Masjid itu dibangun pada tahun 1886 di lahan seluas 1 hektare
milik Kesultanan Melayu Asahan.
7.
Masjid
Raya Bandar Khalifah
Masjid Raya Bandar Khalifah terletak di pinggir Jalan Bandar Khalifah
dan secara administratif masuk ke dalam Desa Gelam, Kecamatan Banda, Kabupaten
Deli Serdang, Sumatera Utara. Masjid ini berdiri di antara permukiman penduduk
yang mayoritas bermata pencaharian petani. Berdasarkan informasi dari
masyarakat, masjid dibangun sekitar tahun
1890 oleh Tengku Haji Nurdin yang bergelar Maharaja Muda Wazir Negeri
Deli. Gelar tersebut merupakan pemberian Sultan Deli, dimana Tengku Haji Nurdin
merupakan generasi kedelapan dari kerajaan Negeri Padang yang berpusat di
Bandar Khalifah.
Masjid Lama gang Bengkok Medan yang sudah berdiri dari tahun 1890-an, berada di Jalan Mesjid
kelurahan Kesawan, Medan Kota. Lokasi ini masih di seputaran pusat bisnis Kota
Medan di masa lalu, yaitu kawasan Kesawan (saat ini Jalan Ahmad Yani). Mungkin
anda bingung kenapa nama masjidnya seperti itu, tidak ada kesan nama-nama arab,
seperti masjid lainnya. Dinamakan Masjid Lama Gang Bengkok karena, dulu di
depan masjid ini ada sebuah gang yang memang bengkok bentuknya.
Masjid Raya Sulaimaniyah terletak di Desa/Kota Galuh, Kecamatan
Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatera Utara, dari arah Medan menuju
Tebing Tinggi akan melewati masjid ini, demikian juga sebaliknya.
Masjid
Raya Sulaimaniyah didirikan oleh Sultan Sulaiman Syariful Alamsyah pada tahun 1894 seiring dengan
dipindahkannya ibukota kesultanan Serdang dari Rantau Panjang (sekarang berada
di Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang) ke Istana kota Galuh
Perbaungan (dulu Serdang). Nama masjid ini sendiri dinisbatkan kepada Sultan
Sulaiman, yang membangunnya. Selain di Kota Galuh Perbaungan, Sultan Sulaiman
juga membangun masjid dengan nama yang sama di Pantai Cermin pada tahun 1901
dan sama sama masih eksis hingga kini.
10.
Masjid
Azizi
Pada awalnya, pembangunan Masjid Azizi dilaksanakan
atas saran Syekh Abdul Wahab Babussalam pada masa pemerintahan Sultan Langkat
Haji Musa, yakni pada tahun 1899. Akan tetapi, Haji Musa meninggal pada saat
masjid masih dalam proses pembangunan. Sehingga pembangunan masjid dilanjutkan
oleh puteranya, Sultan Abdul Azizi Abdul Jalil Rahmad Syah. Oleh karena itu,
nama ‘Azizi’ berasal dari nama putera Sultan Haji Musa yang menyelesaikan
pembangunan masjid pada tahun 1902.
Gedung Tertua Di Sumatera Utara
1. GEDUNG LONDON SUMATRA (LONSUM)
Gedung London Sumatra di Kota Medan, Sumatra
Utara adalah salah satu peninggalan zaman kolonial yang hingga kini masih
berdiri. Saat didirikan, gedung ini merupakan kantor dari perusahaan perkebunan
milik Harrisons & Crossfield Plc, perusahaan perkebunan dan perdagangan
yang berbasis di London. Oleh Harrisons & Crossfield gedung ini disebut
dengan gedung Juliana. Gedung ini di bangun pada 1906 dengan arsitekstur
bergaya transisi. Gaya tersebut terlihat dari bentuk gevel atau fasad depan
yang menjadi ciri rumah-rumah yang menghadap sungai di Eropa pada transisi
akhir abad 19.
Letak Gedung London Medan
yang berada di kawasan pusat kota, memudahkan akses bagi wisatawan yang ingin
menelusuri berbagai wisata di pusat kota. Di sekitar Gedung London Medan juga
terdapat beberapa bangunan tua peninggalan Belanda dengan gaya arsitekstur
transisi, seperti Kantor Pos Medan, Gedung Jakarta Lloyd yang pada saat
didirikan adalah kantor perusahaan pelayaran The Netherlands Shipping Company,
dua buah bank swasta yang dulu merupakan gedung dari The Netherlands
Trading Campany atau Nederlandsche Handel Maatschappij dan sempat menjadi
Kantor Rotterdam`s Lloyd.
2. ISTANA
MAIMUN
Istana Maimoon berada di Kelurahan Aur,
Kecamatan Medan Maimoon, Kota Medan, Sumatera Utara. Istana ini dibangun pada
tahun 1888 oleh Sultan Ma’moen Al Rasyid Perkasa Alamsyah yang memerintah dari
tahun 1873-1924. Dahulu, Istana Maimoon tidak hanya menjadi pusat pemerintahan
Kesultanan Deli, namun juga sebagai pusat adat dan budaya Melayu, tempat
bermusyawarah antar masyarakat dan pusat dakwah Islam.
3. MENARA
TIRTANADI
Menara
Air Tirtanadi merupakan salah satu ikon kota Medan, Sumatera Utara. Menara air
ini dulunya milik pemerintahan kolonial Belanda yang bernama NV. Water Leiding
Maatschappij Ajer Beresih yang berdiri pada tahun 1905. Menara Air ini selesai
dibangun pada tahun 1908 dan sekarang sudah menjadi milik PDAM Tirtanadi.
Fungsinya untuk mensuplai kebutuhan air bersih para penduduk yang sampai
sekarang masih tetap digunakan. Selain itu, Menara Air ini dulunya berfungsi
juga sebagai Landmark kota Medan.
4. MUSEUM
ABRI
Museum ini dibuka pada
tahun 1971. Museum ini adalah merupakan tempat yang menarik untuk dikunjungi
dan menyimpan benda-benda sejarah perjuangan ABRI dan Rakyat di Sumatera Utara
pada Perang Kemerdekaan Indonesia melawan pemberontakan pada tahun 1958.
Mengunjungi Museum ini dapat membayangkan kehebatan Perjuangan Pahlawan dimasa
lalu.
5. BANK INDONESIA
Bank Indonesia Medan ini
merupakan bangun peninggalan pemerintahan Belanda yang kalah ketika peperangan.
Dalam sejarahnya bangunan itu didirikan pada tahun 1906 yang mana
pembangunannya ditangani oleh perusahaan arsitek asal Belanda tapi berkantor di
Jakarta (saat itu namanya masih Batavia). Arsitek yang merancang bangunan unik
ini adalah Hulswit, Fermost dan Cuypers. Pembangunannya selesai dalam waktu
satu tahun. Tepat di tahun 1907 bangunan yang digunakan sebagai pusat perbankan
Belanda dengan nama De Javasche Bank Medan ini resmi dioperasikan yang mana
pada awal berdirinya dipimpin oleh L. Vonhemert. Ternyata bangunan itu
merupakan peninggalan pemerintah Belanda dan masih kokoh sampai sekarang.
Bank Indonesia Medan yang beralamatkan di Jl. Balai Kota No. 04, Medan ini sampai sekarang masih kokoh berdiri dan terawat dengan baik. Perbaikan besar pernah terjadi pada tahun 2000 di mana pada saat itu kubah yang pada tahun 1956 dihilangkan kembali dipasang. Sayangnya jam besar asli Belanda yang ada di dalamnya hilang entah ke mana.
Bank Indonesia Medan yang beralamatkan di Jl. Balai Kota No. 04, Medan ini sampai sekarang masih kokoh berdiri dan terawat dengan baik. Perbaikan besar pernah terjadi pada tahun 2000 di mana pada saat itu kubah yang pada tahun 1956 dihilangkan kembali dipasang. Sayangnya jam besar asli Belanda yang ada di dalamnya hilang entah ke mana.
6. MUSEUM
NEGERI MEDAN
Museum Negeri Propinsi
Sumatera Utara diresmikan tanggal 19 april 1982 oleh menteri Pendidikan dan
Kebudayaan DR Daoed Yosoef, namun peletakan koleksi pertama dilakukan oleh
Presiden Republik Indonesia pertama Ir. Soekarno tahun 1954 yang berupa Mekara,
oleh karena itu museum ini terkenal dengan nama Gedung Arca. Museum ini
merupakan Museum terbesar di Sumatera Utara yang memiliki koleksi berbagai
peninggalan Sejarah Budaya Bangsa, Hasil Seni dan Kerajinan dari berbagai Suku
di Sumatera Utara
7. HOTEL DE BOER (INNA DARMA DELI)
Inna Dharma Deli
merupakan satu hotel peninggalan zaman Hindia Belanda. Dari
banyak gedung bersejarah di Medan,bangunan hotel yang dulunya bernama De Boer
ini merupakan salah satu gedung bersejarah yang masih dipertahankan.Hotel
Dharma Deli merupakan satu unit hotel dari PT National Hotels and Tourism Corp
Ltd (Natour) yang merupakan persero pemerintah di lingkungan Kementerian
Pariwisata Pos dan Telekomunikasi RI yang bergerak dalam bidang jasa perhotelan
dan restoran.
8. TJONG A FIE MANSION
Tjong A Fie merupakan sejarah yang tak bisa
dipisahkan dari Kota Medan. Tokoh multikulturisme yang banyak berjasa membangun
Medan. Tjong A Fie dilahirkan di Provinsi Guandong, Kabupaten Maizen, di Desa
Sukaou, Tiongkok, pada 1860 lalu. Dia datang ke Medan dari Meixian, Guandong,
pada 1875. Rumah Tjong A Fie merupakan gedung bergaya Tiongkok kuno yang
dibangun pada tahun 1900, lokasinya terletak dijalan Ahmad Yani (Kesawan). Dia
adalah jutawan pertama di Sumatera yang namanya sangat terkenal sampai sekarang
walaupun ia sudah wafat pada tahun 1921. Kesuksesannya berkat usaha dan
hubungan baiknya dengan Sultan Deli dan para pembesar perkebunan tembakau
Belanda. Hingga saat ini rumah tersebut masih ditempati keluarga Tjong A
Fie.
10. KUIL SHRI MARIAMMAN
Kuil Shri Mariamman adalah kuil Hindu tertua di Kota
Medan, Indonesia. Kuil ini dibangun pada tahun 1884 (ada pula yang menyebut 1881)untuk memuja dewi Kali. Kuil ini terletak di kawasan yang dikenal
sebagai Kampung
Keling. Kuil yang menstanakan
lima dewa, masing-masing Dewa Siwa, Wisnu, Ganesha, Dewi Durga (Kali), dan Dewi Aman itu dikelola salah
seorang keluarga pemilik perusahaan besar Texmaco, Lila Marimutu. Pintu gerbangnya dihiasi
sebuah gopuram, yaitu menara bertingkat yang biasanya dapat
ditemukan di pintu gerbang kuil-kuil Hindu dari India
Selatan atau semacam
gapura.
Kuburan Islam Tertua Di Sumatera Utara
1. Makam Syeikh Mahmud Barus
Salah satu bukti sejarah ini adalah
makam Syeikh Mahmud Barus. Syeikh Mahmud adalah salah satu penyebar masuknya
islam ke Indonesia pada abad ke Enam. Makamnya ditemukan pada abad ke 13.
2.
Makam Sisingamangaraja
Sisingamangaraja lahir di Bakara 18
Februari 1845 dan meninggal di Dairi, 17 Juni 1907 pada umur 62 tahun. Dia
adalah seorang raja di negeri Toba, Sumatera Utara , pejuang yang berperang
melawan Belanda, kemudian diangkat oleh pemerintah Indonesia menjadi Pahlawan
nasional
3.
Makam Mahligai
Konon, nama makam ini diambil dari sebuah istana kecil pada zaman dahulu
yang dibangun oleh Tuan Syekh Abdul Khatib Siddiq. Setelah wafat, Syekh Siddiq
dimakamkan di Makam Mahligai. Selain beliau, sejumlah ulama besar penyebar
Islam lainnya dimakamkan disini, diantaranya Syekh Rukunuddin, Syekh
Ushuluddin, Syekh Zainal Abidin Ilyas, Syekh Ilyas, Syekh Imam Khotib
Mu’azzamsyah Biktiba’I, Syekh Syamsuddin, Tuanku Ambar, Tuan Kepala Ujung, Tuan
Sirampak, Tuan Tembang, Tuanku Kayu Manang, Tuanku Makhdum.
Ukuran makam di kompleks ini rata-rata panjangnya 7
meter, datar tanpa ornamen khusus kecuali batu nisan di kedua ujung makam.
Nisan makam berbahan batu khusus berwarna coklat terlihat mulai menghitam
akibat terkikis zaman. Batu nisan bertuliskan aksara Arab kuno bercampur Persia.
Sebagian batu nisan memiliki kesamaan corak dengan makam para Syekh di wilayah
Sumatera dan Jawa, yakni memiliki corak India.
Nisan makam Syekh Rukunuddin bertuliskan aksara Arab
yang memiliki arti: “Tuan Syekh
4.
Makam Tuan Ambar di Kecamatan Barus Utara
Untuk
mengunjungi makam Tuan Ambar yang lokasinya sekitar 200 m dari tepi jalan
melintasi kebun coklat milik penduduk, di Desa Panangahan Kecamatan Barus
Utara. Di komplek makam ini, sepertinya batu nisan yang sudah tidak terbenam
lagi yang pernah ditemukan ditempat yang sama atau sekitarnya telah dikumpulkan
dan dideretkan. Tidak ada batu nisan yang bertarikh di komplek yang telah
dipugar ini dan hanya satu batu nisan yang memuat nama almarhum.
5.
Makam Tuan Ibrahim Syah di Kecamatan Barus
Makam
Tuan Ibrahim Syah atau Syech Batu Badan ini terdapat di Simpang Tiga Bukit Desa
Patu Pangan, berdekatan dengan Makam Papan Tinggi dan berjarak hanya berkisar
300 meter. Diatas makam ini, ada batu papan yang memanjang dari arah kepala
hingga ke kaki, dengan kata lain panjangnya kuburan tersebut diatasnya ada batu
untuk menghimpit makam tersebut. Menurut ceritanya, makam Ibrahim Syah wafat pada tahun 825 Hijrah,
merupakan raja pertama di Barus, beliau wafat karena dibunuh musuhnya dan
didalam makam tersebut sengaja dihimpitkan sebuah batu supaya jangan di bongkar
orang usil dan iseng.
Komplek
Makam Tuan Ibrahim Syah di Kecamatan Barus, Kabupaten Tapanuli Tengah
6.
Makam Syaikh Abdul Gani
Harahap
Tokoh
ini hidup jauh sebelum masa revolusi (diperkirakan sekitar 1818). Beliau
menjadi legenda di kampung halamannya, Baringin, Sipirok, Tapanuli Selatan. Dia
juga dikenal sebagai penyebar agama Islam di Baringin. Waliyullah yang
dicitrakan sebagai seorang yang gagah dengan kuda putihnya ini menyampaikan
Islam hingga ke wilayah Tanjung Balai, Asahan. Tak mengherankan bila murid dan
pengikutnya bertebaran di sepanjang Tapanuli hingga Asahan.
7.
Makam Kramat Jiret Mertuah
Peneliti terdahulu menyebut dengan nama Pageran
Bira. Terletak di Desa Pageran Bira Jae, Kecamatan Sosopan, Kabupaten Tapanuli
Selatan. Untuk menuju situs Pageran Bira, dari Gunung Tua ke arah Sibuhuan
sejauh 72 km, kemudian ke kanan (barat) sejauh 18 km melewati 3 kecamatan yaitu
Kecamatan Lubuk Barumun, Ulu Barumun dan Sosopan. Setelah sampai di Masjid
Nurul Iman, desa Pagaran Bira Jae perjalanan dilanjutkan ke kiri melewati jalan
setapak sekitar 200 meter.
8.
Makam Titi Panjang
Pemakaman tua pertama yang konon dianggap paling tua berada di sebuah bukit
hijau nan terpencil. Makam ini berlatar belakang panorama kota Barus dan
Samudra Indonesia di sisi barat, berada diatas ketinggian 153 meter diatas
permukaan laut. Badan bukit menuju makam cukup terjal, memiliki kemiringan
hingga 45 derajat, cukup sulit untuk didaki. Anak tangga menuju makam Syech Mahmud, sahabat Rasulullah yang membawa syiar Islam pertama di Indonesia
ini dibangun dimasa Soekarno.
Yang meresmikannya adalah Adam Malik.
Masih di anak tangga pertama, suasana di tempat ini terasa demikian teduh dan
menenangkan. Sekelilingnya adalah hutan bercampur dengan tanaman penduduk.
Pohon-pohon yang tumbuh membuat kawasan ini menjadi tenang dan tentram. Lokasi
Makam Papan Tinggi ini, terdapat makam terpanjang dan mempunyai batu nisan yang
besar dan tinggi. Di batu nisan yang terbuat dari batu cadas dengan berat
ratusan kilogram tertulis nama Syech
Mahmud Fil Hadratul Maut yang ditarikhkan pada tahun 34 H sampai 44 H
yang berarti hidup pada masa Sayyidina
Umar Bin Khattab sebagai khalifah.
Perkantoran Tertua Di Sumatera
Utara
1.
Kantor Pos
Kantor Pos & Giro ini
letaknya di Jalan Balai Kota Medan tepatnya menghadap ke Lapangan Merdeka Medan
(dulunya disebut esplanade) yang merupakan bangunan sejarah peninggalan zaman
kolonial Belanda. Lokasi ini juga disebut sebagai "Titik Nol" Kota
Medan. Yang artinya dari sinilah diukur jarak kilometer Pusat kota Medan ke
seluruh lokasi Kota Medan dan Kota lain disekitarnya. Bangunan ini dibangun pada
tahun 1909-1911 oleh seorang arsitek bernama Snuyf yang dulu merupakan Direktur
Jawatan Pekerjaan Umum Belanda untuk Indonesia pada masa Pemerintahan Belanda.
Bangunan ini memiliki nilai sejarah, nilai estetis, nilai sosial, nilai
fungsional, dan juga nilai struktural yang tinggi. Itu sebabnya bangunan ini
termasuk bangunan cagar budaya yang dilindungi oleh Pemerintah Kota Medan dalam
bentuk PERDA.
2.
Kantor Nederlandsch Indische
Handels Maatshcappij/Kantor Bank Mandiri Cabang Kesawan Medan (Jl. Raden Saleh
Kel. Kesawan Kec. Medan Barat Kota Medan)
3.
Kantor Bank Mandiri Medan (Jl.
Ahmad Yani Kel. Kesawan Kec. Medan Barat Kota Medan) Samping Gedung Lonsum
Medan
4.
Kantor PTPN Medan (Jl. Letjend Suprapto No.2 Kota Medan)
Gedung Balai Kota Lama berdiri sejak tahun 1900 dan telah menjadi saksi perkembangan Kota Medan
dari waktu ke waktu. Gedung ini di arsiteki oleh Hulswit dengan gaya Eropa
klasik, memiliki dominasi warna yang putih, sehingga mirip dengan gedung-gedung
besar di Eropa. Gedung ini menjadi saksi bisu dari peristiwa-peristiwa yang
dahulu pernah terjadi di kota Medan, pada saat jaman kolonial Belanda, Jepang,
dan sampai saat ini.
6.
Gedung Pt Telkom (Nederlandsch Indische Gasmaatschappij) Jl. Prof. H.M.
Yamin no. 52 Kota Medan
7. Kantor
PJKA Divisi regional I Sumatera Utara
Satu bangunan bersejarah
peninggalan Belanda di Kota Medan. Kantor ini terletak di Jalan Prof HM Yamin,
No 14, Medan. Berdasarkan
sejarah, gedung ini dulu bernama Hoof Dkantoor van de Deli Spoorweg
Maatschappij dan merupakan kantor pusat dari perusahaan kereta api Deli.
Gedungnya sendiri dibangun bersamaan dengan pembangunan kereta api deli di
Medan sekitar tahun 1883 yang merupakan inisiatif JT Cremer. Sekitar tahun
1863-1870, wilayah Pantai Timur Sumatera menjadi kawasan yang sangat penting di
Hindia Belanda. Pertumbuhan ekonomi perkebunan kolonial itu telah mendorong
pertumbuhan ekonomi di sektor lain yang pada akhirnya membuat Deli (Medan)
menjadi daerah yang maju dan berkembang pesat.
Jembatan Tertua di
Sumatera Utara
1.
Jembatan Pahitean
Jembatan yang membentang sepanjang
hampir 100 meter di hulu Sungai Asahan ini merupakan salah satu jembatan tertua
di Pulau Sumatera. Pembangunan konstruksinya dimulai pada 1936 kemudian selesai
pada 1949. Dengan teknologi dan peralatan yang sederhana kala itu tetapi
dibarengi dengan kejujuran dan rasa tanggung jawab yang utuh pada pimpinan
proyek, konsultan, dan kontraktornya. Jembatan
ini diresmikan pada 1950 oleh Wapres RI Pertama, Drs M. Hatta yang didampingi
oleh Gubernur Sumatera,T. M. Hassan. Pada masa awal kemerdekaan Republik
Indonesia pulau Sumatera hanya dikepalai oleh seorang gubernur. Hingga kini,
setelah lebih setengah abad berlalu jembatan dengan ciri khas berpagar cor
beton menjulang dengan lengkungan di atasnya ini masih tegar dan kokoh.
2.
Jembatan
titi Gantung
Medan di Sumatera Utara juga
memiliki jembatan bersejarah. Salah satunya adalah Jembatan Titi Gantung dari
abad ke-18.Berada tidak jauh dari Stasiun Kereta Medan, terdapat sebuah
jembatan peninggalan penjajah Belanda yang masih berdiri. Yang bernama Titi
Gantung itu diketahui sudah berdiri
sejak abad ke-18.Selain sebagai sarana penghubung, ternyata jembatan yang
bergaya klasik Victoria ini merupakan tempat favorit kolonial Belanda untuk
menikmati sore di Kota Medan. Bahkan pada malam hari, banyak orang Belanda yang
bersantai di jembatan ini sambil menghisap cerutu.Sedangkan secara fungsi,
Jembatan Titi Gantung dibuat untuk menghubungkan kawasan perumahan penduduk
dengan Lapangan Merdeka yang dulunya selalu ramai dengan berbagai acara. Secara
lokasi, Jembatan Titi Gantung juga berjarak tidak jauh dari Stasiun Kereta
Medan yang sama tuanya.Sebagai sisa situs sejarah, Jembatan Titi Gantung juga
telah memperoleh status sebagai cagar budaya.
3.
Jembatan Titi Kuning
Jembatan peninggalan zaman
penjajahan Belanda dengan sebutan “Titi kuning” di lingkungan 5, Kelurahan
Pangkalan Masyur, Kecamatan Medan Johor, Medan, jembatan yang telah berusia 82 . namanya jembatan dengan Titi Kuning,
berawal dari perahu Lancang Kuning milik Sultan Deli sering melintas disekitar
jembatan tersebut. Selain itu disekitar jembatan terdapat kuburan Wak Leboy
wafat tahun 1944 yang dikeramatkan orang.
4.
Jembatan tanjung pura
Jembatan yang di bangun sejak zaman
penjajahan belanda di atas aliran Sungai Batang Serangan Kecamatan Tanjung Pura
Kabupaten Langkat.
5.
Jembatan Aek Raisan
Jembatan aek raisan diperhitungkan dibangun
sekitar tahun 1935 sebelum merdeka republik indonesia. Jika jembatan ini rusak
maka Sibolga Medan, Padang Sidimpuan dan daerah pulau Nias akan terganggu
bahkan mungkin putus hubungan, jadi masyarakat
kabupaten Tapanuli Tengah mengharapkan kepada
pemerintah pusat dan instansi terkait, agar segera melaksanakan pembangunan
jembatan baru (alternatif) agar semua yang melintas, jangan terganggu akibat
kerusakan.
6.
Jembatan Kenangan
Jembatan Kenangan, merupakan salah satu jembatan yang ada di Bukit Lawang, Langkat,
Sumatera Utara.
Pusat
Perbelanjaan tertua di Sumatera Utara
1. Pasar Simpang Limun
Masyarakat Medan lebih akrab menyebutnya Pajak Simpang Limun
(Pajak=Pasar). menurut penduduk setempat daerah ini dinamakan simpang limun
karena dahulu terdapat pabrik limun yang cukup besar di persimpangan jalan tersebut.
2. Pasar Melati
Kondisi Pasar
Melati di Desa Parit Baru, Kecamatan Sungai Raya dinilai sudah tidak layak lagi
untuk ditempati. Beberapa bangunan pasar tampak sudah rusak dan kondisi ini
tentu saja mengancam keselamatan para pedagang maupun pembeli, untuk itu, pemda
setempat diminta untuk segera melakukan renovasi.
3.
Pasar tradisional Balige
Pasar ini didirikan oleh kolonial
Belanda pada tahun 1936 dan masih terlihat kokoh berdiri hingga sekarang. Pasar
tradisional balige ini menjadi ikon kota balige, sekaligus sarana interaksi
antara penduduk di balige maupun sekitarnya.
4. Medan
Plaza
Medan mulai memiliki bangunan bertingkat yang dijadikan sebagai pusat
berbelanjaan. Tercatat, dari akhir tahun 1970an hingga akhir 80an ada sekitar
10 pusat pembelanjaan yang berdiri di ibukota Sumatera Utara. Medan Plaza yang
terletak di Jalan Iskandar Muda Medan ini merupakan pusat pembelanjaan modern
pertama yang ada di Medan.
Alm Jaya Chandra merupakan pendiri dari Medan Plaza
yang diperkirakan berdiri pada tahun 1984. Insting bisnis Jaya Chandra
menjadikan Medan Plaza sebagai bangunan dengan fasilitas terlengkap dan modern
pada saat itu. Tidak heran, bila bangunan ini langsung diminati oleh berbagai
kalangan, terutama yang berduit atau orang kaya.
Pada awal bangunan ini berdiri, lantai 6 merupakan
restoran kelas atas, dan sering digunakan sebagai tempat pesta pernikahan.
Salah satu warga Medan yang pernah melangsungkan pernikahan di restoran ini
adalah Sukamto Sunanto.
5.
Restoran Tip Top medan
Salah satu nya adalah restoran
Tip-Top restoran yang beralamat di Jl.ahmad Yani telah berdiri sejak tahun 1929
ini sampai saat ini tetap ramai dikunjungi pelanggan setianya suatu hal yang
wajar bila anda akan menemui pasangan oma dan opa dari Belanda yang
bernostalgia disini.bagi yang masih muda tenang saja karena banyak juga
pengunjung usia muda di restoran ini maupun keluarga yang menikmati aneka menu
Wetern,Chinese maupun Indonesia racikan juru masak restoran ini.tidak hanya
interiornya yang bernuansa klasik dan masih dapat dilihatnya mesin hitung
kuno,piano kuno dll restoran tip top tetap menggunakan tungku kayu dengan kayu
bakar sebagai bahan bakarnya sesuatu yang tidak pernah berubah sejak tahun 1934
untuk memasak kue tart,specolaas,moorkop,horen dll sehingga menghasilkan aroma
dan rasa yang menggugah selera.
6. Ruko - ruko tua di
Kesawan yang mirip bangunan china dan malaka yang terletak di Jl. Jend. Ahmad
Yani no. 86 Kel. Kesawan Kec. Medan Barat Kota Medan
Sekolah
Tertua di Sumatera Utara
1. SMP
Swasta Santa Maria Tarutung,
Merupakan
salah satu Sekolah Menengah Pertama Swasta yang ada
di Provinsi
Sumatera
Utara, Indonesia.
Sama dengan SMP pada umumnya di Indonesia
masa pendidikan
sekolah di
SMP Swasta Santa Maria Tarutung ditempuh dalam waktu tiga tahun pelajaran,
mulai dari Kelas VII sampai Kelas IX. SMP ini merupakan bagian dari Yayasan
Santo Yoseph Medan.SMP
Santa Maria adalah SMP yang dapat bersaing dan berprestasi sampai ke tingkat
provinsi.SMP Santa Maria dinobatkan sebagai SMP Favorit di Tapanuli
Utara. Didirikan pada tahun 1984.
2. SMP Swasta Santa Maria Tarutung,
Merupakan
salah satu Sekolah Menengah Pertama Swasta yang ada
di Provinsi
Sumatera
Utara, Indonesia.
Sama dengan SMP pada umumnya di Indonesia
masa pendidikan
sekolah di
SMP Swasta Santa Maria Tarutung ditempuh dalam waktu tiga tahun pelajaran,
mulai dari Kelas VII sampai Kelas IX. SMP ini merupakan bagian dari Yayasan
Santo Yoseph Medan.SMP
Santa Maria adalah SMP yang dapat bersaing dan berprestasi sampai ke tingkat
provinsi.SMP Santa Maria dinobatkan sebagai SMP Favorit di Tapanuli
Utara. Didirikan pada tahun 1984.
3. SD PAB Tarbiyah islam
Medan
, sudah banyak cerita tentang sekolah yang kondisinya mengenaskan. SD di Medan,
Sumatera Utara, menambah daftar itu. Selain bangunan fisik yang kurang memadai,
sekolah ini juga menggabungkan siswanya di satu ruangan karena tak punya
fasilitas. Nama sekolah itu adalah SD
PAB Tarbiyah Islam. Terletak di Jalan Pertahanan, Kecamatan Medan Barat, Medan,
sekolah ini berjarak 4-5 km dari pusat kota Medan. Sekolah berdiri sejak tahun 1940. Awalnya,
sekolah berbentuk madrasah. Namun pada tahun 1973 berubah menjadi sekolah PAB
TI.
4. SMK Negeri 8 Medan
Sekolah Menengah Teknologi Kerumahtanggaan Medan berdiri tahun 1976 dengan
SK Mendikbud Nomor 210105475 tanggal 12 Desember 1975. Pada masa itu SMTK masih
menempati gedung SMKK di jalan Hang Tuah (sekarang SMKN 10 Medan). Pada awal
berdirinya SMTK dibawah kepemimpinan Ibu Saulan Siahaan, masa pendidikan
berlangsung selama 4 (empat) tahun dan berakhir pada tahun 1988. Pada tahun
1982 SMTK menempati gedung baru di jalan Dr. Mansyur, Medan
Selayang. Perubahan nama dari SMTK ke SMK Negeri 8 Medan berdasarkan
Keputusan Menteri, terjadi pada masa kepemimpinan Ibu Dra. Risma pitta Saragih
sampai dengan sekarang. SMK Negeri 8 Medan sebelumnya merupakan kelompok SMK
Seni, Kerajinan dan Pariwisata bernama SMK (Kelompok Pariwisata) Negeri 8
Medan, yang sekarang dipimpin oleh Drs. Hidup Simanjuntak, M.Si.
Rumah Sakit Tertua di
Sumatera Utara
1. Rumah Sakit Umum Pirngadi
Didirikan Oleh Pemerintah Kolonial Belanda. Peletakan Batu Pertama 11 Agustus Oleh Bocah 11 Thn Maria Constantia
Macky Dan Diresmikan1930
2. Rumah Sakit Tembakau Deli
Rumah
Sakit Umum Tembakau Deli pada awalnya bernama Rumah Sakit VEREGNIDE DELI
MAATSCHAPY (RSVDM) yang didirikan oleh NV. VDM pada tahun 1908. Pada Periode 20
November 1958 s/d 31 Mei 1960, NV. VDM berubah nama menjadi PPN (Perusahaan
Perkebunan Nasional) sedang RS. VDM beberapa kali mengalami perubahan nama,
yang akhirnya menjadi Rumah Sakit Umum Tembakau Deli.
3. Rumah Sakit Elisabeth
Dalam
sejarahnya Rumah Sakit Santa Elisabeth tidak dapat dipisahkan dengan Kongregasi
Fransiskanes Santa Elisabeth (FSE), sebab Rumah Sakit Santa Elisabeth menemukan
cikal bakalnya dalam Kongregasi FSE. Keduanya bagaikan dua sisi mata uang yang
tidak terpisahkan satu sama lain. Oleh karena itu selain menggambarkan
perjalanan Rumah Sakit Santa Elisabeth selama 77 tahun berkarya di Medan, Web
Site ini juga akan memaparkan perjalanan Kongregasi FSE dan karya-karya
kemanusiaannya sejak 82 tahun yang lalu hingga sekarang telah tersebar di
berbagai
Latar Belakang
Jalan
1. Jln.
Tuanku Imam Bonjol
Perjuangan yang telah dilakukan oleh Tuanku Imam Bonjol dapat menjadi
apresiasi akan kepahlawanannya dalam menentang penjajahan, sebagai
penghargaan dari pemerintah Indonesia yang mewakili rakyat Indonesia pada
umumnya, Tuanku Imam Bonjol diangkat sebagai Pahlawan Nasional Indonesia sejak
tanggal 6 November1973.
Selain itu nama Tuanku Imam Bonjol juga hadir di ruang publik bangsa
sebagai nama jalan, nama stadion, nama universitas, bahkan pada lembaran Rp
5.000 keluaran Bank Indonesia6 November2001.
2. Jln.
Kf. Tandean Bulian
Jl. KF Tandean, Bulian. Istana ini masih bertahan
walau bukan bahagian utuh lagi. Lokasi Istana yang menuju Pantai
Keladi
ini, sekarang diurus oleh waris kerajaan dari turunan Tengku Irwan
Hasyim(Tengku Irwan Hasyim adalah Putra dari Tengku Hasyim, beristrikan Tengku
Ina Nazli, walau dia juga pernah beristrikan seorang Swedia).
Di sisi kiri Istana terdapat Kompleks Pusara
Bangsawan Padang.
3.
Jl. Syech Baringin
Jln. Syech Baringin, terdapat Makam Tuan Syech
Baringin, seorang Sufi
yang disegani di wilayah
ini pada masanya. Di kompleks makam Sang Sufi masih berdiri Bekas rumah
kediamannya yang mirip Rumah Gadang Sumatera Barat. Sayang, Kondisinya sangat
memprihatinkan. Di Tebing Tinggi ada beberapa sungai yang berpantai pasir. Walau
tanpa pengembangan lokasi-lokasi ini sering dijadikan tempat wisata lokal bagi
masyarakat tempatan. Pada Sabtu
malam dan Rabu
malam, pemuda pemudi banyak juga menghabiskan paruh malam di sekitar Lapangan
Merdeka Jl. Sutomo yang dikenal dengan Lapangan Sri Mersing.
4.
Jl. Gatot Subroto
Jenderal Gatot Soebroto (lahir di Sumpiuh, Banyumas, Jawa Tengah, 10 Oktober1907 – meninggal di Jakarta, 11 Juni1962 pada umur 54 tahun) adalah tokoh
perjuangan militer Indonesia dalam merebut kemerdekaan dan juga pahlawan
nasional Indonesia. Ia dimakamkan di Ungaran, kabupaten Semarang. Pada tanggal 11 Juni 1962, Gatot Subroto meninggal di usia 55 tahun.
Pangkat terakhir yang disandangnya adalah Letnan Jenderal. Ia adalah penggagas
akan perlunya sebuah akademi militer gabungan (Angkatan Darat, Angkatan Udara, Angkatan Laut) untuk membina para perwira muda. Gagasan
tersebut diwujudkan dengan pembentukan
5.
Jl. Williem Iskandar
Willem Iskandar, seorang
tokoh pendidikan berskala nasional, jauh sebelum Ki Hajar
Dewantara mendirikan Taman Siswa, beliau sudah mendidirikan lembaga pendidikan
untuk menghasilkan guru-guru, yang berbasis kerakyatan (1862).
6.
Jl. Pardede
Pardede merupakan salah satu klub yang disegani di era itu.
Pardede merekrut sejumlah bintang timnas era 1970-an, seperti Iswadi Idris, Sucipto Suntoro, Abdul Kadir, dan M. Basri.
Pardede dipanggil Sang Khalik pada 18 November1991. Di Medan setiap
tahunnya, untuk mengenang jasa-jasa almarhum sebagai pelopor sepak bola, digelar Turnamen Piala T.D. Pardede disertai
acara In Memoriam di Universitas Darma Agung.
Komentar
Posting Komentar